BAB
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia adalah termasuk negara yang
memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging struktured population)
karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi
yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya sebanyak 7% adalah di
pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini antara lain
disebabkan antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat yang
meningkat, 2) kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat
pengetahuan masyarakat yang meningkat.
Gerontology adalah suatu pendekatan
ilmiah dari berbagai aspek proses penuaan yaitu biologis, psikologis, social,
ekonomi, kesehatan, lingkungan, dan lain-lain (Depkes RI, 2001).Geriatri adalah
ilmu tentang merawat orang yang berusia lanjut terhadap penyakitnya.Keperawatan
Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan lansia yang berfokus
pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi,
serta evaluasi. (Lueckerotte, 2000)
Proses
menua merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai
kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi
satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat
digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan
fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan
keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep dasar keperawatan gerontik.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian keperawatan gerontik ?
2. Bagaimana
pembagian lansia ?
3. Bagaimana
lingkup askep gerontik ?
4. Bagaimana
peran dan fungsi perawat gerontik ?
5. Bagaimana
tanggung jawab perawat gerontik ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian keperawatan gerontik.
2. Untuk
mengetahui pembagian lansia.
3. Untuk
mengetahui lingkup askep gerontik.
4. Untuk
mengetahui peran dan fungsi perawat gerontik.
5. Untuk
mengetahui tanggung jawab perawat gerontik.
D.
Manfaat
Pembaca dapat mengetahui informasi tentang keperawatan
gerontik. Perawat dapat mengetahui cara atau langkah yang dapat dilakukan dalam
memberikan asuhan keperawatan bagi lansia
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian keperawatan gerontik
Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia dengan masalah-masalah
yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis, psikologis,
dan ekonomi. Gerontologi
merupakan pendekatan ilmiah (scientific
approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan
(Tamher&Noorkasiani, 2009).
Geriatrik adalah salah satu cabang
dari gerontologi dan medis yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia
lanjut, baik yang ditinjau dari segi promotof, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan, jiwa, dan sosial, serta penyakit
cacat (Tamher&Noorkasiani, 2009).
Gerontological
Nursing adalah Ilmu yang mengunakan dasar pengetahuan yang luas untuk menyusun
dan membentuk pelayanan keperawatan pada lansia dengan cara promosi kesehatan,
memberikan dorongan secara kontinue yang bertujuan untuk mencapai kualitas
kehidupanya yang optimal dan kematian dengan damai.
Geriatric
nursing adalah asuhan keperawatan yang difokuskan pada kondisi sakit. Aging
dilihat dari berbagai aspek adalah
1. Perspektif
Biologis
“sejumlah
total perubahan selama kehiduan yang umum terjadi pada semua species” ( Weiss,
1966; Shock, 1961). Perubahan ini terjadi pada setiap saat setelah maturasi
telah tercapai baik dan ukuran, bentuk, dan fungsi (Rockstein, et. al, 1977)
2. Perspektif
Psikologi
Penuaan
merupakan perubahan yang bersifat reguler dan terjadi pematangan (mature) yang
dapat dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan.
3. Perspektif
sosiologi
Penuaan
adalah sebuah proses kehifupan yang panjang dari usia muda (dewasa) sampai usia
tua dimana proses ini sudah dimulai dan sejak kelahiran (konsepsi) dan diakhiri
dengan kematian penuaan meliputi 3 proses yaitu biologi, psikologi dan sosial.
Ketiganya merupakan proses yang saling berkaitan (Riley, 1979)
4. Perspektif
Keperawatan
‘Penuaan
bukan merupalcan sebuah kernunduran dan bukan penyakit akan tetapi merupakan
proses perkembangan yang telah diawali dan konsepsi” ( Rogers, 1985) Pengaruh
penuaan pada pe
B. Pembagian lansia
1. DEPKES RI membagi Lansia sebagai
berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 –
54 th) sebagai masa VIRILITAS
b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa
PRESENIUM
c. Kelompok usia lanjut (65 th > )
sebagai masa SENIUM
2.
Sedangkan
WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
a. usia pertengahan : 49 – 59 tahun
b. lanjut usia : 60 – 74 tahun
c. lanjut usia tua : 75 - 90 tahun
d. usia sangat tua : > 90 tahun
C. Lingkup Askep Gerontik
Fenomena yang menjadi bdang garap
keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM)
lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup askep gerontik meliputi:
Lingkup askep gerontik meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan
akibat proses penuaaN
2. Perawatan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya
mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
Sifat Pelayanan Askep Gerontik:
1.
Independent
(layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
Artinya: asuhan keperawatan
dilakukan secara mandiri oleh profesi keperawatan dalam membantu lansia dalam
pemenuhan kebutuhan dasar lansia.
2.
Dependent
atau kolaboratif
Artinya: saling menunjang dengan
disiplin dalam mengatasi masalah kesehatan lansia.
3.
Humanistik
(secara manusiawi)
Artinya: didasarkan pada nilai-nilai
kemanusian dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap lansia.
4.
Holistik
(secara keseluruhan)
Lansia merupakan bagian masyarakat
dan keluarga, sehingga asuhan keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek
social budaya keluarga dan masyarakat.
D. Peran Dan Fungsi Perawat Gerontik
Pada tahun 1904
‘American Journal Nursing (AJN,) ‘ telah menulis artikel untuk pertama kalinya
rnengenai keperawatan pelayanan pada lansia dan memuat prinsipprinsip praktek
keperawatan gerontologi (Bishop, 1904) mengatakan bahwa “ perawat jangan
merawat anak sebagaimana seseorang yang sedang tumbuh dan tidak seharusnya
merawat orang tua sebagai mana orang yang teah mencapai kehidupan yang mapan”
Dengan kenyataan mi keperawatan telah lama menunjukan komitmenya terhadap
pelayanan orang tua sebelum disiplin ilmu yang Iainnya.
Pada tahun 1969 keperawatan telah rnempunyai konstribusi yang
penting dalam rnengembangkan standart praktek keperawatan geriatrik dan mulai
dipublikasikan pada tahun 1970. Pada tahun 1975 merupakan tahun lahirnya
journal keperawatan gerontiological yang pertama dan disebutkan adanya
legitimasi terhadap 74 perawat. Pada tahun 1976 terjadi perubahan nama dan
‘Geriatric Nursing Division’ menjadi Gerontological Nursing Division’. Pada
tahun 1976 telah dipublikasikan standar keperawatan gerontological. Pada tahun
1981 terselenggara konferensi Internasional I tentang Gerontological Nursing.
Peran perawat gerontik secara garis
besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu peran secara umum dan peran
spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai setting, seperti rumah sakit,
rumah, nursing home, komunitas,
dengan menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy,
& Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan
bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai dari perencanaan
hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat
gerontik spesialis klinis/gerontological
clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis
secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan
peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi
klien lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan
jangka panjang, outreach programs,
dan independent consultant.
Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan
intervensi untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status
kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori,
fasilitas jangka panjang, dan independent
practice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik
spesialis klinis.
Peran Perawat
Gerontological adalah:
1. Healer
Pada
tahun 1800 peran perawat ini telah ditunjukan oleh tulisan “Florence
Nightingale’s” tentang perawat itu harus “put the patient in the best condition
for nature to act upon him “( Nightingale, 1946). Peran perawat ‘healer’
menempatkan klien/individu dalam kondisi yang terbaik dan perawat berperan
dalam hal
a. penyembuhan
penyakit.
b. mengembalikan
fungsi secara optimaL
c. memberikan
menjelaskan tentang pengertian dan tujuan hidup.
d. membantu
mobilisasi/peran serta sumber-sumber internal dan eksternal. Dalam ‘healer
role’‘ perawat gerontologi harus dipandang sebagai manusia yang menghargai
terhadap kesehatan sehingga dengan peran tersebut perawata ikut bertangungjawab
dan berpartisipasi aktif untuk mempertahankan kesehatan dan penanganan terhadap
penyakit. Untuk mengoptimalkan peran ini perawat harus memandang klien dan
berbagai aspek seperti: biologi, emasional, sosial, kultural dan spiritual.
2. Implementor
Peran
perawat gerontologi disini identik dengan peran ‘provider’ yang lebih banyak
dalarn memberikan pelayanan dibandingkan dengan tim kesehatan yang lain.
Perawat dituntut mampu mengunakan teori-teori gerontologi dalam menerapkan
proses keperawatan terhadap usia lanjut. Didalarn peran mi klien dan
keluarganya dituntut berperan aktif. Meskipun ‘body of knowlegde’ geriatric dan
gerontologi telah berkembang tetapi dalam mengoptimalkan peran implementor
masih membutuhkan informasi-informasi yang sangat diperlukan terutama yang
berkaitan dengan disiplin ilmu pengetahuan yang mempunyai relevansi dalam
rentang kehidupan usia lanjut sehingga proses keperawatan yang dihasilkan akan
semakin optimal pula.
3. Educator
Peran
perawat gerontologi dituntut mampu mengunakan fasilitas yang formal atau non formal
dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sebagai pemben pelayanan
terhadap usia lanjut. Pengetahuan ( seperti patofisiologi, famakoIogi dli) dan
ketrampilan yang diperoleh akan bermanfaaat untuk memahami terjadinya proses
menua sehingga peran perawat sebagai edukator akan lebih komunikatif dan
efektif. Peran mi sangat membutuhkan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif
yang meliputi: listening, interacting, clarifying, validating dan evaluating.
4. Advocate
Peran
‘advocate’ sebagai perawat dapat berupa usaha perawat untuk membantu klien
mendapatkan haknya sebagai klien, rnendapatkan pelayanan yang seharusnya
didapatkan, rnemperjuangkan kepentingan usia lanjut.
5. Inovator
Perawat
gerontologi harus mengembangkan secara kontinue dan mengarah ke spesialisasi
bahkan dapat mengunakan kesempatan untuk mengunakan tehnologi yang baru dalam
rneningkatkan pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut. ‘Jiwa ingin tahu harus
dirniliki oleh perawat gerontologi agar dalam membuat keputusan dan
mengernbangkan melalui eksperimen-eksperimen dapat meningkatkan kualitas
praktek keperawatan gerontologi. Standart . Praktek keperawatan profesional
diarahkan dengan mempergunakan standar praktek yang merefleksikan tingkat dan
harapan dan pelayanan, serta dapat digunakan untuk evaluasi praktek keperawatan
yang telah diberikan. tandar keperawatan gerontologi menurut American Nursing
Association (ANA) adalah
a. Standar
I
Organisasi pelayanan
keperawatan gerontologi. Yaitu semua pelayanan keperawat gerontologi harus
direncanakan, diorganisasi dan dilakukan oleh seorang eksekutif perawat (has
baccalaureate or master’s preparation and experience in gerontological nursing
and administrasion of longterm care services or acute-care services for older
patients)
b. Standar
II
Teori. Perawat disini
harus berpartisipasi dalarn rnengernbangkan dan melakukan percobaan percobaan
yang didasari oleh teori untuk mengambil keputusan klinik. Perawat juga
mengunakan konsep teontik yang digunakan sebagai petunjuk untuk melaksanakan
praktek keperawatan gerontologi yang lebih efektif.
c. Standar
III
Pengumpulan data Status
kesehatan pada klien dikaji secara terus menerus dengan komprehensive, akurat
dan sistematis. Informasi yang didapatkan selama pengkajian kesehatan harus
dapat dipecahkan dengan mengunakan pendekatan dan interdisipliner team
kesehatan termasuk didalamnya lansia dan keluarga.
d. Standar
IV
Diagnose keperawatan.
Perawat dengan mengunakan data yang telah diperoleh untuk menentukan diagnose
keperawatan yang tepat sesuai dengan prioritasnya.
e. Standar
V
Perencanaan dan
kontinuitas dan pelayanan Perawat mengembangkan perencanaan yang berhubungan
dengan klien dan orang lain yang berkaitan. Untuk mencapai tujuan dan prioritas
dan perencanaan perawatan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh klien, perawat
dapat mengunakan terapeutik, preventif, restoratif dan rehabilitasif.
Perencanaan peraatan ini bermanfaat untuk membantu klien dalam mencap[ai dan
mempertahankan tingkat kesehatan, kejahtera, kualitas hidup yang yang tinggi
(optimal ) dan serta mati dalam keadaan damai.
f. Standar
VI
Intervensi Perencanaan
pelayanan yang telah ada digunakan sebagai petunjuk dalarn membenkan intervensi
untuk mengembalikan fungsi dan mencegah terjadinya komplikasi dan ‘excess
disability’ pada klien.
g. Standar
VII
Evaluasi Perawat harus
melakukan evalusai secara terus menerus terhadap respon klien dan keluarga
terhadap intervensi yang telah diberikan. Disamping itu evaluasi juga igunakan
untuk menentukan . tingkat keberhasilannya dan mengevaluasi kembali data
dasarnya, diagnosanya dan perencanaannya
h. Standar
VIII
Kolaborasi
Interdisipliner Kolaborasi perawat dengan disiplin ilmu yang lain (team
kesehatan) sangat penting dilakukan dalam membenkan pelayanan kesehatan terhdap
klien ( lansia). Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan yang rutin
untuk menentukan perencanaan yang tepat sesuai dengan perubahan kebutuhan yang
ditemukan pada klien.
i.
Standar IX
Research Perawat harus
ikut berpartisipasi dalam rnengernbangkan penelitian untuk memperkuat
pengetahuan dibidang keperawatan gerontoogi, menyebarluaskan hasil penelitian
yang diperolehnya dan digunakan dalam praktek keperawatan
j.
Standar X
Ethics Perawat
rnengunakna kode etik keperawatan (ANA) sebagai petunjuk etika dalam mengambil
keputusan didalam praktek.
k. Standar
XI
Professional
Development Perawat harus mempunyai asumsi bahwa perkembangan dan kontribusi
profesionalisme keperawatan merupakan tanggung jawabnya dan sangat berkaitan
erat dengan perkembngan interdisiplin ilmu yang lain. Dalam hal ini perawat
juga harus mampu mengevaluasi perkembangan dalam praktek kualitas yang
diberikan. Standar ini dikembangkan oleh dan untuk perawat gerontologi sendiri
sehingga perawat hams mempunyai peraturan yang jelas untuk mengevaluasi bila
terjadi pelanggaran yang menyimpang dan standar praktek yang seharusnya
diberikan. Standar ini akan memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat.
e. Peneliti
Level yang
sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate level.
Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien dengan metode evidence based practice. Penelitian
dilakukan dengan mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan
penelitian yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada pada
level undergraduate degrees dapat
ikut serta dalam penelitian seperti membantu melakukan pengumpulan data.
f. Manajer
Perawat
Manajer
perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen waktu, membangun
hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan. Sebagai konsultan dan sebagai
role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan
dan melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua di rumah
sakit. Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan
kualitas hidup yang mendorong perawat menerapkan perubahan inovatif dalam
pemberian asuhan keperawatan di panti jompo dan setting perawatan jangka
panjang lainnya.
g. Manajer
kasus
Manajemen
kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi penurunan fungsional
klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya, manajemen kasus
disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda.
Fungsi perawat gerontik
Perawat
memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang gerontik.
Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontologi adalah :
a. Guide persons of all ages toward a healthy aging process
(membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
b. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
c. Respect the tight of older adults and ensure other do the same
(menghormati hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama)
d. Overse and promote the quality of service delivery (memantau
dan mendorong kualitas pelayanan)
e. Notice and reduce risks to health and well being
(memerhatikan serta menguragi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
f. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi
pelayanan kesehatan)
g. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya)
h. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
i.
Offer optimism,
encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan harapan)
j.
Generate, support, use,
and participate in research (menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan
berpartisipasi dalam penelitian)
k. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan
restorative dan rehabilitative)
l.
Coordinate and managed
care
(mengoordinasi dan mengatur perawatan)
m. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized,
holistic maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan
individu dan perawatan secara menyeluruh)
n. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
o. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun
masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
p. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of
each other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan
spiritual)
q. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern
(mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
r.
Support and comfort
through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan dalam
menghadapi proses kematian)
s. Educate to promote self care and optimal independence
(mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)
E. Tanggung Jawab Perawat Gerontik
1. Membantu klien lansia memperoleh
kesehatan secara optimal
2. Membantu klien lansia untuk
memelihara kesehatannya
3. Membantu klien lansia menerima
kondisinya
4. Membantu klien lansia menghadapi
ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal
Sifat pelayanan keperawatan gerontik
1.
Independent
(layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
Artinya: asuhan keperawatan
dilakukan secara mandiri oleh profesi keperawatan dalam membantu lansia dalam
pemenuhan kebutuhan dasar lansia.
2. Dependent atau kolaboratif
Artinya: saling menunjang dengan
disiplin dalam mengatasi masalah kesehatan lansia.
3. Humanistik (secara manusiawi)
Artinya: didasarkan pada nilai-nilai
kemanusian dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap lansia.
4. Holistik (secara keseluruhan)
Lansia merupakan bagian masyarakat
dan keluarga, sehingga asuhan keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek
social budaya keluarga dan masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Proses menua
merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai
kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi
satu sama lain.
Keperawatan Gerontik merupakan suatu
bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik
keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik,
ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Peran perawat gerontik secara garis besar dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis.
B.
Saran
Kita sebagai seorang
perawat memiliki peran yang sangat penting dalam pemberian
perawatan gerontik. Selain itu kita sebagai seorang
perawatn perlu mengetahui tentang konsep dasar keperawatan gerontik selain
untuk menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang perawat, juga untuk
berbagi kepada masyarakat tentang informasi tentang bagaimana perawatan
gerontik. Makalah ini masih jauh dari sempurna, diharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2009. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik.
Jakarta: Nurse Idea.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental
of Nursing. Jakarta : EGC
Anonim. 2011. Konsep Dasar
Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 09 April 2015 dari http://ebookbrowse.com/konsep-dasar-keperawatan-gerontik-doc-d189511678
Tidak ada komentar:
Posting Komentar