Laman

Welcome to My Blog | RistaLikestar.blogspot.com | it's fun blog | Sharing | thank's for your visit |

Senin, 21 Maret 2016

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

BAB
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
      Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya sebanyak 7% adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini antara lain disebabkan antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, 2) kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat.
Gerontology adalah suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses penuaan yaitu biologis, psikologis, social, ekonomi, kesehatan, lingkungan, dan lain-lain (Depkes RI, 2001).Geriatri adalah ilmu tentang merawat orang yang berusia lanjut terhadap penyakitnya.Keperawatan Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi, serta evaluasi. (Lueckerotte, 2000)
Proses menua merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran. Dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep dasar keperawatan gerontik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian keperawatan gerontik ?
2.      Bagaimana pembagian lansia ?
3.      Bagaimana lingkup askep gerontik ?
4.      Bagaimana peran dan fungsi perawat gerontik ?
5.      Bagaimana tanggung jawab perawat gerontik ?


C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian keperawatan gerontik.
2.      Untuk mengetahui pembagian lansia.
3.      Untuk mengetahui lingkup askep gerontik.
4.      Untuk mengetahui peran dan fungsi perawat gerontik.
5.      Untuk mengetahui tanggung jawab perawat gerontik.

D.    Manfaat
Pembaca dapat mengetahui informasi tentang keperawatan gerontik. Perawat dapat mengetahui cara atau langkah yang dapat dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi lansia


















BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian keperawatan gerontik
Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis, psikologis, dan ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009).
Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan, jiwa, dan sosial, serta penyakit cacat (Tamher&Noorkasiani, 2009).
Gerontological Nursing adalah Ilmu yang mengunakan dasar pengetahuan yang luas untuk menyusun dan membentuk pelayanan keperawatan pada lansia dengan cara promosi kesehatan, memberikan dorongan secara kontinue yang bertujuan untuk mencapai kualitas kehidupanya yang optimal dan kematian dengan damai.
Geriatric nursing adalah asuhan keperawatan yang difokuskan pada kondisi sakit. Aging dilihat dari berbagai aspek adalah
1.      Perspektif Biologis
“sejumlah total perubahan selama kehiduan yang umum terjadi pada semua species” ( Weiss, 1966; Shock, 1961). Perubahan ini terjadi pada setiap saat setelah maturasi telah tercapai baik dan ukuran, bentuk, dan fungsi (Rockstein, et. al, 1977)
2.      Perspektif Psikologi
Penuaan merupakan perubahan yang bersifat reguler dan terjadi pematangan (mature) yang dapat dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan.
3.      Perspektif sosiologi
Penuaan adalah sebuah proses kehifupan yang panjang dari usia muda (dewasa) sampai usia tua dimana proses ini sudah dimulai dan sejak kelahiran (konsepsi) dan diakhiri dengan kematian penuaan meliputi 3 proses yaitu biologi, psikologi dan sosial. Ketiganya merupakan proses yang saling berkaitan (Riley, 1979)
4.      Perspektif Keperawatan
‘Penuaan bukan merupalcan sebuah kernunduran dan bukan penyakit akan tetapi merupakan proses perkembangan yang telah diawali dan konsepsi” ( Rogers, 1985) Pengaruh penuaan pada pe

B.     Pembagian lansia
1.      DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
a.       Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa VIRILITAS
b.       Kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM
c.       Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM

2.      Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
a.       usia pertengahan : 49 – 59 tahun
b.      lanjut usia : 60 – 74 tahun
c.       lanjut usia tua : 75 - 90 tahun
d.      usia sangat tua : > 90 tahun

C.     Lingkup Askep Gerontik
Fenomena yang menjadi bdang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup askep gerontik meliputi:
1.      Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaaN
2.      Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3.      Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
Sifat Pelayanan Askep Gerontik:
1.      Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
Artinya: asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri oleh profesi keperawatan dalam membantu lansia dalam pemenuhan kebutuhan dasar lansia.
2.      Dependent atau kolaboratif
Artinya: saling menunjang dengan disiplin dalam mengatasi masalah kesehatan lansia.
3.      Humanistik (secara manusiawi)
Artinya: didasarkan pada nilai-nilai kemanusian dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap lansia.
4.      Holistik (secara keseluruhan)
Lansia merupakan bagian masyarakat dan keluarga, sehingga asuhan keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek social budaya keluarga dan masyarakat.


D.    Peran Dan Fungsi Perawat Gerontik
      Pada tahun 1904 ‘American Journal Nursing (AJN,) ‘ telah menulis artikel untuk pertama kalinya rnengenai keperawatan pelayanan pada lansia dan memuat prinsipprinsip praktek keperawatan gerontologi (Bishop, 1904) mengatakan bahwa “ perawat jangan merawat anak sebagaimana seseorang yang sedang tumbuh dan tidak seharusnya merawat orang tua sebagai mana orang yang teah mencapai kehidupan yang mapan” Dengan kenyataan mi keperawatan telah lama menunjukan komitmenya terhadap pelayanan orang tua sebelum disiplin ilmu yang Iainnya.
      Pada tahun 1969 keperawatan telah rnempunyai konstribusi yang penting dalam rnengembangkan standart praktek keperawatan geriatrik dan mulai dipublikasikan pada tahun 1970. Pada tahun 1975 merupakan tahun lahirnya journal keperawatan gerontiological yang pertama dan disebutkan adanya legitimasi terhadap 74 perawat. Pada tahun 1976 terjadi perubahan nama dan ‘Geriatric Nursing Division’ menjadi Gerontological Nursing Division’. Pada tahun 1976 telah dipublikasikan standar keperawatan gerontological. Pada tahun 1981 terselenggara konferensi Internasional I tentang Gerontological Nursing.
Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independent practice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis klinis.
Peran Perawat Gerontological adalah:
1.      Healer
Pada tahun 1800 peran perawat ini telah ditunjukan oleh tulisan “Florence Nightingale’s” tentang perawat itu harus “put the patient in the best condition for nature to act upon him “( Nightingale, 1946). Peran perawat ‘healer’ menempatkan klien/individu dalam kondisi yang terbaik dan perawat berperan dalam hal
a.       penyembuhan penyakit.
b.      mengembalikan fungsi secara optimaL
c.       memberikan menjelaskan tentang pengertian dan tujuan hidup.
d.      membantu mobilisasi/peran serta sumber-sumber internal dan eksternal. Dalam ‘healer role’‘ perawat gerontologi harus dipandang sebagai manusia yang menghargai terhadap kesehatan sehingga dengan peran tersebut perawata ikut bertangungjawab dan berpartisipasi aktif untuk mempertahankan kesehatan dan penanganan terhadap penyakit. Untuk mengoptimalkan peran ini perawat harus memandang klien dan berbagai aspek seperti: biologi, emasional, sosial, kultural dan spiritual.
2.      Implementor
Peran perawat gerontologi disini identik dengan peran ‘provider’ yang lebih banyak dalarn memberikan pelayanan dibandingkan dengan tim kesehatan yang lain. Perawat dituntut mampu mengunakan teori-teori gerontologi dalam menerapkan proses keperawatan terhadap usia lanjut. Didalarn peran mi klien dan keluarganya dituntut berperan aktif. Meskipun ‘body of knowlegde’ geriatric dan gerontologi telah berkembang tetapi dalam mengoptimalkan peran implementor masih membutuhkan informasi-informasi yang sangat diperlukan terutama yang berkaitan dengan disiplin ilmu pengetahuan yang mempunyai relevansi dalam rentang kehidupan usia lanjut sehingga proses keperawatan yang dihasilkan akan semakin optimal pula.
3.      Educator
Peran perawat gerontologi dituntut mampu mengunakan fasilitas yang formal atau non formal dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sebagai pemben pelayanan terhadap usia lanjut. Pengetahuan ( seperti patofisiologi, famakoIogi dli) dan ketrampilan yang diperoleh akan bermanfaaat untuk memahami terjadinya proses menua sehingga peran perawat sebagai edukator akan lebih komunikatif dan efektif. Peran mi sangat membutuhkan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif yang meliputi: listening, interacting, clarifying, validating dan evaluating.
4.      Advocate
Peran ‘advocate’ sebagai perawat dapat berupa usaha perawat untuk membantu klien mendapatkan haknya sebagai klien, rnendapatkan pelayanan yang seharusnya didapatkan, rnemperjuangkan kepentingan usia lanjut.
5.      Inovator
Perawat gerontologi harus mengembangkan secara kontinue dan mengarah ke spesialisasi bahkan dapat mengunakan kesempatan untuk mengunakan tehnologi yang baru dalam rneningkatkan pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut. ‘Jiwa ingin tahu harus dirniliki oleh perawat gerontologi agar dalam membuat keputusan dan mengernbangkan melalui eksperimen-eksperimen dapat meningkatkan kualitas praktek keperawatan gerontologi. Standart . Praktek keperawatan profesional diarahkan dengan mempergunakan standar praktek yang merefleksikan tingkat dan harapan dan pelayanan, serta dapat digunakan untuk evaluasi praktek keperawatan yang telah diberikan. tandar keperawatan gerontologi menurut American Nursing Association (ANA) adalah
a.       Standar I
Organisasi pelayanan keperawatan gerontologi. Yaitu semua pelayanan keperawat gerontologi harus direncanakan, diorganisasi dan dilakukan oleh seorang eksekutif perawat (has baccalaureate or master’s preparation and experience in gerontological nursing and administrasion of longterm care services or acute-care services for older patients)
b.      Standar II
Teori. Perawat disini harus berpartisipasi dalarn rnengernbangkan dan melakukan percobaan percobaan yang didasari oleh teori untuk mengambil keputusan klinik. Perawat juga mengunakan konsep teontik yang digunakan sebagai petunjuk untuk melaksanakan praktek keperawatan gerontologi yang lebih efektif.
c.       Standar III
Pengumpulan data Status kesehatan pada klien dikaji secara terus menerus dengan komprehensive, akurat dan sistematis. Informasi yang didapatkan selama pengkajian kesehatan harus dapat dipecahkan dengan mengunakan pendekatan dan interdisipliner team kesehatan termasuk didalamnya lansia dan keluarga.
d.      Standar IV
Diagnose keperawatan. Perawat dengan mengunakan data yang telah diperoleh untuk menentukan diagnose keperawatan yang tepat sesuai dengan prioritasnya.
e.       Standar V
Perencanaan dan kontinuitas dan pelayanan Perawat mengembangkan perencanaan yang berhubungan dengan klien dan orang lain yang berkaitan. Untuk mencapai tujuan dan prioritas dan perencanaan perawatan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh klien, perawat dapat mengunakan terapeutik, preventif, restoratif dan rehabilitasif. Perencanaan peraatan ini bermanfaat untuk membantu klien dalam mencap[ai dan mempertahankan tingkat kesehatan, kejahtera, kualitas hidup yang yang tinggi (optimal ) dan serta mati dalam keadaan damai.
f.       Standar VI
Intervensi Perencanaan pelayanan yang telah ada digunakan sebagai petunjuk dalarn membenkan intervensi untuk mengembalikan fungsi dan mencegah terjadinya komplikasi dan ‘excess disability’ pada klien. 
g.      Standar VII
Evaluasi Perawat harus melakukan evalusai secara terus menerus terhadap respon klien dan keluarga terhadap intervensi yang telah diberikan. Disamping itu evaluasi juga igunakan untuk menentukan . tingkat keberhasilannya dan mengevaluasi kembali data dasarnya, diagnosanya dan perencanaannya
h.      Standar VIII
Kolaborasi Interdisipliner Kolaborasi perawat dengan disiplin ilmu yang lain (team kesehatan) sangat penting dilakukan dalam membenkan pelayanan kesehatan terhdap klien ( lansia). Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan yang rutin untuk menentukan perencanaan yang tepat sesuai dengan perubahan kebutuhan yang ditemukan pada klien.
i.        Standar IX
Research Perawat harus ikut berpartisipasi dalam rnengernbangkan penelitian untuk memperkuat pengetahuan dibidang keperawatan gerontoogi, menyebarluaskan hasil penelitian yang diperolehnya dan digunakan dalam praktek keperawatan
j.        Standar X
Ethics Perawat rnengunakna kode etik keperawatan (ANA) sebagai petunjuk etika dalam mengambil keputusan didalam praktek.
k.      Standar XI
Professional Development Perawat harus mempunyai asumsi bahwa perkembangan dan kontribusi profesionalisme keperawatan merupakan tanggung jawabnya dan sangat berkaitan erat dengan perkembngan interdisiplin ilmu yang lain. Dalam hal ini perawat juga harus mampu mengevaluasi perkembangan dalam praktek kualitas yang diberikan. Standar ini dikembangkan oleh dan untuk perawat gerontologi sendiri sehingga perawat hams mempunyai peraturan yang jelas untuk mengevaluasi bila terjadi pelanggaran yang menyimpang dan standar praktek yang seharusnya diberikan. Standar ini akan memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.

e.       Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien dengan metode evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan penelitian yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada pada level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti membantu melakukan pengumpulan data.
f.       Manajer Perawat  
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan. Sebagai konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan melaksanakan program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua di rumah sakit. Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas hidup yang mendorong perawat menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti jompo dan setting perawatan jangka panjang lainnya.
g.      Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya, manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda.

Fungsi perawat gerontik
Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontologi adalah :
a.       Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
b.      Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
c.       Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan  hal yang sama)
d.      Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas pelayanan)
e.       Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
f.       Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan)
g.      Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan selanjutnya)
h.      Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
i.        Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan harapan)
j.        Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
k.      Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan restorative dan rehabilitative)
l.        Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
m.    Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh)
n.      Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
o.      Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
p.      Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual)
q.      Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
r.        Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
s.       Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)

E.     Tanggung Jawab Perawat Gerontik
1.      Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
2.      Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya
3.      Membantu klien lansia menerima kondisinya
4.      Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal

Sifat pelayanan keperawatan gerontik
1.      Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
Artinya: asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri oleh profesi keperawatan dalam membantu lansia dalam pemenuhan kebutuhan dasar lansia.
2.      Dependent atau kolaboratif
Artinya: saling menunjang dengan disiplin dalam mengatasi masalah kesehatan lansia.
3.      Humanistik (secara manusiawi)
Artinya: didasarkan pada nilai-nilai kemanusian dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap lansia.
4.      Holistik (secara keseluruhan)
Lansia merupakan bagian masyarakat dan keluarga, sehingga asuhan keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek social budaya keluarga dan masyarakat.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

      Proses menua merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama lain. Keperawatan Gerontik merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis.

B.     Saran
      Kita sebagai seorang perawat memiliki peran yang sangat penting dalam pemberian perawatan gerontik. Selain itu kita sebagai seorang perawatn perlu mengetahui tentang konsep dasar keperawatan gerontik selain untuk menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang perawat, juga untuk berbagi kepada masyarakat tentang informasi tentang bagaimana perawatan gerontik. Makalah ini masih jauh dari sempurna, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.








DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Jakarta: Nurse Idea.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC

Anonim. 2011. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 09 April 2015 dari http://ebookbrowse.com/konsep-dasar-keperawatan-gerontik-doc-d189511678





Tidak ada komentar:

Posting Komentar