Laman

Welcome to My Blog | RistaLikestar.blogspot.com | it's fun blog | Sharing | thank's for your visit |

Senin, 21 Maret 2016

KONSEP DASAR ASKEP PNEUMONIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78)
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan keperawatan Pneumonia pada Lansia”

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya yaitu:
1.        Apakah yang dimaksud dengan pneumonia?
2.        Bagaimana epidemologi pneumonia?
3.        Apakah etiologi dari pneumonia?
4.        Apa sajakah faktor predisposisi dari pneumonia?
5.        Bagaimana patofisiologi dari pneumonia?
6.        Apa sajakah klasifikasi dari pneumonia?
7.        Bagaimana manifestasi klinis dari pneumonia?
8.        Apa saja pemeriksaan diagnostik pneumonia?
9.        Bagaimana prognosis dari pneumonia?
10.    Bagaimana penatalaksanaan pneumonia?
11.    Apa saja komplikasi dari pneumonia?
12.    Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia?

C.    Tujuan
1.      Tujuan umum
Menjelaskan tentang pneumonia dan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus pneumonia.
2.      Tujuan khusus
a.       Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pneumonia.
b.      Untuk mengetahui bagaimana epidemologi pneumonia.
c.       Untuk mengetahui apakah etiologi dari pneumonia.
d.      Untuk mengetahui apa saja faktor predisposisi dari pneumonia.
e.       Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari pneumonia.
f.       Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari pneumonia.
g.      Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari pneumonia.
h.      Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pneumonia.
i.        Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari pneumonia.
j.        Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pneumonia.
k.      Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari pneumonia.
l.        Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.

D.    Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang penyakit pneumonia dan menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien pneumonia

























BAB II
PEMBAHASAN


A.    Konsep Dasar Penyakit
  1. Pengertian
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. 
Menurut Hudak (1998) dalam Asih & Effendy (2004), Pneumonia adalah suatu proses inflamasi dimana kompartemen alveolar terisi oleh eksudat. Pneumonia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi pada klien lanjut usia.
Menurut Corwin (2001), Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah, penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus.

  1. Epidemologi
Epidemologi pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingan sangat sedikit, terutama di negara berkembang. Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian keempat pada usia lanjut, dengan angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya angka kematian padan pneumonia sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang  menyebutkan pneumonia sebagai “teman pada usia lanjut”. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka berada. Pada orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 25–44 per 1000 orang dan yang tiaggal di tempat perawatan 68–114 per 1000 orang.
Di rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada penderita usia muda. Sekitar  38 orang pneumonia usia lanjut yang didapat di masyarakat, 43% diantaranya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan virus influenza B; tidak ditemukan bakteri gram negatif. Lima puluh tujuh persen lainnya tidak dapat diidentifikasi karena kesulitan pengumpulan spesimen dan sebelumnya telah diberikan antibiotik. Pada penderita kritis dengan penggunaan ventilator mekanik dapat terjadi pneumonia nosokomial sebanyak 10% sampai 70%.
Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus.
Pneumonia (radang paru), salah satu penyakit akibat bakteri pneumokokus yang menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal. Pneumonia menjadi penyebab 1 dari 5 kematian pada anak balita. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang sering menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Sejauh ini, pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).


  1. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
a.       Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus, streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza, eneterobacter.Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan
b.      Menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.
c.       Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
d.      Organisme mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.
e.       Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans

  1. Faktor Predisposi
1)      Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh misalnya penyakit kronik (Misalnya penyakit jantung,PPOK,diabetes, alkoholisme, azotemia), perawatan di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur, perokok, malnutrisi, umur lanjut, syok hemoragik.
2)      Faktor Eksogen
a)      Pembedahan. besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis pembedahan, yaitu torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17% dan operasi abdomen bawah (5%)
b)      Penggunaan antibiotic, Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama antibiotik yang aktif terhadap Streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob di saluran pencernaan.
c)      Peralatan terapi pernapasan, Kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya sering terjadi. Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif di lambung karena asam lambung dengan pH < 3 mampu dengan cepat membunuh bakteri yang tertelan. Pemberian antasid / penyekat H2 yang mempertahankan pH > 4 menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri gram negatif aerobik di lambung, sedangkan larutan enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.
d)     Lingkungan rumah sakit
·         Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur 
·         Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur 
·         Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll
·         Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus, kateter dll
·          Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi
·         Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir
·         Dirawat di rumah sakit ≥ 5 hari 

  1. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814



































PATHWAY


Partikel Infeksius
 




                      Virus                              Bakteri                                    Jamur


 



Rounded Rectangle: Mekanisme Pertahanan Paru
(Sistemik, Humoral)
Aspirasi                                   Inhalasi








Oval: PNEUMONIA
Suplai darah ke perifer
 
 







                                                      
                                         
 

















  1. Klasifikasi
1)      Berdasarkan Klinis Dan Epidemiologis
a)      Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b)      Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
c)      Pneumonia aspirasi.
d)     Pneumonia pada penderita immunocompromised. (Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78) 

2)      Berdasarkan bakteri penyebab:
a)      Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
b)      Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua  (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

3)      Berdasarkan Predileksi Infeksi
a)      Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
b)     Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)

  1. Manifestasi Klinis
1)      Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5 ºC). , sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.
2)      Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
3)      Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
4)      Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
5)      Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
6)      Tanda infeksi ekstrapulmonal ( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal  466)

  1. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1)      Pemeriksaan Laboratorium
a)      GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada
b)      Pemeriksaan darah.
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684). Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan pergeseran LED meninggi.
c)      LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat, aspirasi biopsy jaringan paru
d)     Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan  paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri dan virus.Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
e)      Tes fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan (hipokemia)
f)       Elektrolit
Natruim dan klorida mungkin rendah.
g)      Aspirasi perkutanbiopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV), karakteristik sel raksasa (rubeolla).
2)      Radio diagnostic
a)      Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
b)      Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

  1. Prognosis
Dengan pengobatan,sebagian tipe dai pneumonia karena bakteri dapat diobati dalam satu sampai dua minggu.Pneumonia karena virus mungkin berakhir lama,pneumonia karena mycoplasma memerlukan empat sampai lima minggu untuk memutuskan sama sekali. Hasil akhir dari episode pneumonia tergantung dari bagaimana seseorang sakit,kapan dia di diagnosa pertama kalinya. Salah satu cara untuk meramalkan hasil dipakai skor beratnay pneumonia atau CURB-65 score,dimana memerlukan perhitungan dari beratnya gejal-gejala,penyakit utama,dan umur. Skor ini dapat membantu dalam memutuskan orang tersebut dirawat di rumahsakit atau tidak.
Di Amerika Serikat,1 dari 20 orang dengan pneumonia pnemuccocal akan meninggal dunia.Dalam beberapa kasus dimana pneumonia dapat berkembang menjadi racun di darah(bakteremia),1 dari 5 orang akan meninggal. Angka kematian (mortalitas)tergantung juga penyebab utama dari pneumonia.Misalnya pneumonia karena mycoplasma dihubungkan dengan sedikit kematian.Bagaimanapun sebagian orang timbul methilcillin-resistant Staphyloccocus aureus (MRSA) pneumonia. Melalui ventilator akan meninggal.
Pada daerah-daerah didunia tanpa kemajuan sistem perawatan kesehatan,pneumonia merupakan ancaman kematian.Akses yang terbatas untuk klinik dan rumah sakit,akses terbatas untuk sinar x,terbatasnya antibiotik pilihan dan ketidak mampuan untuk perawatan kondisi utama yang tidak dapat dihindari menunjukan tingginya angka kematian dari pneumonia.

  1. Penatalaksanaan
1)      Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
2)      Pemberian  oksigen tambahan
3)      Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
4)      Antibiotik sesuai dengan program
5)      Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
6)      Cairan, kalori dan elektrolit  glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.
7)      Obat-obatan :
a.       Antibiotika berdasarkan etiologi.
b.      Kortikosteroid bila banyak lender.
8)      Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau Tetrassiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simptomatik seperti :
a)      Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
b)      Simptomatik terhadap batuk.
c)      Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
d)     Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.
e)      Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.

  1. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi. Komplikasi dari pneumonia / bronchopneumonia adalah :
1.      Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2.      Efusi pleura.
3.      Abses otak.
4.      Endokarditis.
5.      Osteomielitis.
Ø  Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
Ø  Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
Ø  Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
Ø  Infeksi sitemik.
Ø  Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
Ø  Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

B.     ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
a.      Identitas.
1)      Identitas pasien meliputi  nama, umur, agama, jenis kelamin, status, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register dan dx.medis.
2)      Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan dan alamat.
b.      Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, warna kulit, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS, pola nafas, posisi klien dan respon verbal klien.
c.       Keluhan utama  :Sesak napas
d.      Riwayat penyakit sekarang : Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari, kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala / dada ( anak besar ) kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat timbul kejang, distensiaddomen dan kaku kuduk. Timbul batuk, sesak, nafsu makan menurun.
e.       Riwayat Kesehatan
                                    1)          Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya : batuk, pilek, demam.
                                    2)          Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
                                    3)          Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
                                    4)          Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
                                    5)          Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal,
gelisah, sianosis
f.       Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
1)      Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis.
2)      Pulse rate meningkat/menurun tergantung dari mekanisme kompensasi, sistem konduksi jantung & pengaruh sistem saraf otonom.
3)      Respiratory rate
4)      Suhu
g.      Pemeriksaan Fisik
1)      Inspeksi :  wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya PCH, Adanya tachipne, dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi abdomen, Batuk : Non produktif – produktif.
Nyeri dada
2)      Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, Hati mungkin membesar
3)      Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.
4)      Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.

Menurut M. Doengoes (2000) pengkajian yang bisa dilakukan pada pasien dengan pneumonia adalah :
a.       Aktivitas istirahat :
Gejala : kelemahan, kelelahan, Insomnia.
Tanda :  letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b.      Sirkulasi
Gejala  : riwayat adanya GJK kronis.
Tanda  : takikardia, penampilan kemerahan / pucat.
c.       Integritas ego
Gejala  : banyaknya stressor/ masalah finansial
d.      Makanan/cairan
Gejala  : kehilangan nafsu makan, mual muntah, riwayat diabetes mellitus.
Tanda    : distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor buruk., Penampilan kalkeksia (malnutrisi).
e.       Neurosensori
Gejala  : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda  : perubahan mental (bingung)
f.       Nyeri/kenyamanan
Gejala    : sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri dada subternal (influenza), mialgia, artralgia
Tanda    : melindungi area yang sakit (pasien umunya tidur pada posisi yang sakit untuk  membatasi gerakan)
g.       Pernafasan
Gejala    : riwayat adanya ISK kronik, PPOM, merokok sigaret, takipnea, dipsnea progesif, pernafasan dangkal, penggunaan obat aksesori, pelebaran nasal.
Tanda  : sputum : merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi.
Fremitus : taktil dan vocal bertahap dengan konsolidasi.
Gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas : menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat, atau nafas bronchial.
Warna : pucat atau sianosis bibir/kuku.
h.      Keamanan
Gejala      : riwayat gangguan system imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid ataukemoterapi, institusionalisasi, ketidak mampuan umum, demam (misalnya 38,5-39,6 0C)
Tanda       : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan secret ditandai dengan batuk tidak produktif.
b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
c.       Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema pada paru






3.      Perencanaan Keperawatan

Hari/Tgl
No Dx
Rencana Perawatan
TTD
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam diharapkan masalah jalan nafas kembali efektif dengan kriteria hasil:
-          Menunjukkan jalan nafas yang paten (RR: 16-20x/menit dan tidak ada suara nafas abnormal (ronkhi atau rales, wheezing))
-          Tidak ada pernafasan cuping hidung
·         Kaji status pernafasan meliputi respiratory rate, penggunaan otot bantu nafas, warna kulit.
\

·         Berikan cairan sesuai kebutuhan.



·         Ajarkan teknik batuk efektif.




·         Kolaborasi dengan fisiotherapist untuk melakukan fisiotherapi dada
·         Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan otot dada tidak simetris sering terjadi karena ketidak nyamanan gerakan dinding dada/cairan paru.
·         Cairan (khususnyayang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret
·         Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan nafas paten.
·         Memudahkan pengenceran dan pembuangan secret. Koordinasi pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan muntah karena batuk, pengeluaran sputum.




2
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktivitas dengan baik dengan kriteria hasil:
·         TTV dalam rentang normal (RR: 16-20x/menit, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, Suhu: 36,5-37,50C)
·         Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri


·         Observasi  TTV pasien sebelum dan sesudah beraktifitas


·         Bantu pasien untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

·         Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.










·         Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat
·         Untuk mengidentifikasi kemajuan yang dicapai dan tindak lanjut pengobatan
·         Aktivitas yang tepat dapat membantu pasien untuk menghindari kelelahan dan stress karena aktivitas yang berlebihan,
·         Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energy untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan.

·         Program yang tepat akan membantu dalam mempercepat proses penyembuhan klien.


3
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam diharapkan pasien dapat tebebas dari edema dengan baik dengan kriteria hasil:
·         TTV dalam rentang normal (RR: 16-20x/menit, TD: 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, Suhu: 36,5-37,50C)
·         Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus berlebihan.
·         ObservasiTTV pasien




·         Batasi masukan peroral cairan IV sesuai indikasi





·         Ajarkan dan beri edukasi kepada pasien dan keluarga untuk tidak memberikan asupan cairan yang berlebih

·         Kolaborasi dengan dokter jika ada tanda-tanda cairan berlebih muncul memburuk
·         Untuk mengidentifikasi kemajuan yang dicapai dan tindak lanjut perawatan

·         Untuk membatasi masukanc cairan dan  jarak pemberian cairan membantu mengurangi haus pada pasien

·         Untuk mengetahui seberapa asupan cairan yang diperlukan pasien dan tujuan dari batasan pemberian cairan
·         Sebagai tindakan pencegahan untuk komplikasi penyakit lebih lanjut



4.      Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan. Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

5.      Evaluasi Keperawatan

No
Hari/Tgl
Jam
No Dx
Evaluasi
TTd
1







2







3




1







2







3


·         S: Diharapkan pasien  mengatakan tidak susah lagi dalam bernafas
·         O : Diharapkan TTV klien dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, RR: 20x/menit, S: 36,5-37,50C, Nadi: 80x/menit)
·         A : Masalah teratasi
·         P : Pertahankan kondisi klien

·         S:  Diharapkan pasien  mengatakan dapat melakukan aktivitas dengan baik
·         O: Diharapkan pasien sudah mulai bisa beraktifitas tanpa menggunakan alat bantu atau bantuan orang lain
·         A : masalah teratasi sebagian.
·         P : Lanjutkan intervensi dan pertahankan kondisi pasien.


·         S:  Diharapkan pasien  mengatakan kondisiya lebih baik
·         O: Diharapkan pasien tampak segar dan tidak timbul gejala dehidrasi
·         A: Masalah teratasi sebagian
·         P : Lanjutkan intervensi dan pertahankan kondisi pasien.













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit.  Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan, virus dan organisme mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Faktor predisposisi dari pneumonia meliputi faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh dan faktor eksogen. Penatalaksanaan dari pneumonia antara lain pemberian antibiotik per-oral/melalui infus, pemberian  oksigen tambahan, pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik dan antibiotik sesuai dengan program

B.     Saran
Kita sebagai seorang perawat perlu mengetahui tentang penyakit pneumonia selain untuk menambah wawasan pengetahuan kita sebagai seorang perawat, juga untuk berbagi kepada masyarakat tentang informasi tentang penyakit pneumonia. Makalah ini masih jauh dari sempurna, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.