BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir
merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi
dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti : bertanya,
diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to choose, to decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa
Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode. Critical thinking ditujukan
pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan mendahului
dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).
Berpikir kritis yaitu investigasi
terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah
untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Menurut Bandman
(1998) berfikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi,
prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan,
keyakinan dan aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah, pengambilan
keputusan, dan kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses kognitif atau
mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi
dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan keputusan. Proses
berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih
mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua
proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang , rumusan
masalah yang dapat kami angkat yaitu :
1.
Bagaimana berpikir kritis dalam
keperawatan?
2. Bagaimana berpikir kritis dan belajar dalam
keperawatan?
3. Bagaimana peta informasi (siklus, rantai, spider)
berpikir kritis dalam keperawatan?
4. Apa
yang dimaksud dengan berpikir kritis?
C.
Tujuan
Tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui bagaimana
berpikir
kritis dalam keperawatan.
2. Untuk mengetahui
bagaimana berpikir kritis dan belajar
dalam keperawatan.
3. Untuk mengetahui
bagaimana peta informasi (siklus,
rantai, spider) berpikir kritis dalam keperawatan.
4. Untuk mengetahui
apa yang dimaksud dengan berpikir kritis.
D.
Manfaat
Makalah
berpikir kritis dalam keperawatan ini di harapkan mahasiswa mampu memahami
tentang pengertian berpikir kritis dan cara- cara berpikir kritis dalam
keperawatan.
BAB
II
MODEL
KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN
A.
Berpikir
dan belajar.
1.
Taksonomi
Taksonomi
sasarana atau tujuan pembelajaran menurut Bloom (1956).
a.
Ranah/domain kognitif, berkaitan dengan pengetahuan
untuk mengingat kembali (recall) atau mengenal (recognition) dan pengembangan
ketrampilan dan kemampuan intelektual.
b.
Ranah/domain efektif, meliputi pengembangan/perubahan
dalam tingkah laku/sikap, minat, nilai dan apresiasinya.
c.
Ranah/domain psikomotorik, berhubungan dengan
aktifitas otot atau ketrampilan gerak tubuh.
2.
Tahapan
proses belajar
Menurut
Piaget, salah satu penganut aliran komitivisme, ada tiga tahapan dalam proses
belajar, yaitu :
a.
Asimilasi (proses penyatuan,
pengintegrasian). Proses belajar
mengenai suatu situasi dapat memudahkan seseorang belajar mengenai situasi baru
kalau ia menyadari kesamaan antara keduanya. Contoh : prinsip menyuntik
intravena (IV) yang sudah dipelajari sebelumnya membantu mahasiswa mempelajari
tentang prinsip menyuntik intramuscular (IM)
b.
Akomodasi (Penyesuaian atau aplikasi dalam
situasi yang baru dan spesifik). Mahasiswa harus praktik menyuntik (IM) pada fantom
terlebih dahulu sebelum ke klien.
c.
Ekuilibrasi (Penyeimbangan
atau penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi). Hal ini
bertujuan agar perkembangan kognitifnya dalam menata berbagai informasi
berjalan secara teratur, jernih, dan logis. Di samping terus mengembangkan dan
menambah ilmu, sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya (jangan sampai
patah semangat dan depresi kelompok).
3.
Proses
Internalisasi Belajar
Perhatikan
gambar di atas, terdapat dua proses penting sebelum pengetahuan, sikap, ataupun
ketrampilan dimiliki oleh individu sebagai hasil belajar. Proses tersebut
adalah proses pembelajaran dan proses belajar.
a.
Proses
pembelajaran.
Pada
proses ini semua pengetahuan yang masuk ke dalam memori jangka pendek akan tersimpan
dalam memori seseorang. Kuat lemahnya kemampuan otak manusia menyimpan
informasi yang masuk sangat tergantung pada kuat lemahnya stimulus yang dapat
diterima oleh otak. Oleh karena itu proses pembelajaran perlu dirancang dan di
kembangkan sebaik mungkin dengan memperhatikan tujuan, strategi, materi,
metode, media dan sistem evaluasi yang akan digunakan agar isi pelajaran
sebagai masukan benar-benar dapat diterima peserta didik secara optimal dan
berkesan dalam memori mereka.
b.
Proses
belajar.
Proses
ini pengetahuan yang tersimpan dalam memori jangka pendek akan dipindahkan ke
dalam memori jangka panjang apabila pengetahuan tersebut sering digunakan atau
di panggil keluar dari memoori sesorang. Oleh karena itu perlu adanya proses
evaluasi baik itu berupa latihan, pengulangan, penerapan secara konkret,
ataupun dalam bentuk tes tertulis, lisan atau perbuatan yang diberikan oleh
pengajar
4.
Pengolahan
informasi
Pengelolaan informasi mengandung
pengertian tentang bagaimana seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan
mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan. Hal
yang demikian juga dapat dikatakan bahwa pengolahan informasi dapat dikatakan
sebagai bagaimana respon individu terhadap informasi yang diberikan oleh lingkungan
di sekitarnya.
Pengolahan informasi merupaka perluasan
dari bidang kajian ranah psikologi kognitif. Dimana dalam ranah
psikologikognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang
mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Dalam teori pengolahan
informasi memiliki perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan
pada soal belajar. Teori pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar
sebagai titik pusat penelitian yang utama melainkan juga melihat sisi lainnya,
seperti pada informasi yang diperoleh ataupun melihat kemampuan memori seorang
individu. Menurut Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan salah satu
proses yang diselidiki dan antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari
psikologi kognitif tetap tidak jelas.” Namun demikian, penelitian pengolahan
informasi memberikan sumbangan atas pengertian proses belajar. Dari pernyataan
Anderson tersebut dapat kita simpulkan bahwa antara belajar dan pengolahan
informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.
a.
Tahap
pertama dalam proses memori memerlukan perhatian terhadap
stimulus yang harus menarik dan menggugah minat penjelasan di lakukan saat
komunikan atau lawan bicara kita telah siap menerima dan memperhatikan. Oleh
karena itu, situasi dan kondisi komunikator dan komunikasi saling mempengaruhi.
b.
Tahap
kedua dan ketiga berkaitan dengan pengolahan sensorik
dan penyimpanan informasi. Stimulus dapat diterima melalui indra penglihatan,
pendengaran, motorik manipulasi untuk kemudian informasi tersebut dimodekan
secara singkat (informasi diubah) dan dimasukan ke dalam memori jangka pendek
(short term memory) (STM). STM terjadi sangat singkat yaitu kurang dari 30
detik. Setelahnya informasi tersebut apat diabaikan dan dilupakan atau disimpan
dalam memory jangka panjang (Long Term Memory) (LTM). Memory jangka panjang
berkaitan dengan penataan informasi dengan menggunakan strategi penyimpanan
yang lebih disukai (Miss, khayalan, assosiasi) yaitu meningkatan sesuatu pada
orang/barang lain, latihan dan memecahkan informasi menjadi bagian-bagian. Walaupun
memori jangka panjang bertahan lama, masalah utamanya adalah mengingat dan
memanggil kembali informasi yang disimpan beberapa waktu kemudian.
c.
Tahap
ke empat berkaitan dengan tindakan atau respon yang di
berikan seseorang berdasarkan pada cara pengolahan dan penyimpanan. Pengolahan
memori dan pemanggilan kembali informasi dapat di percepat dengan cara menyusun
informasi serta menjadikannya bermakna. Kesulitan memanggil informasi (lupa)
dari memori jangka panjang dapat terjadi karena informasi hilang akibat jarang
digunakan, ada informasi lain yang mengacu pemanggilan kembali, atau orang
tersebut termotivasi untuk melupakannya.
B.
Peta
Informasi (Siklus, rantai, spider)
C.
Berpikir
Kritis
1.
Pengertian
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik
berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasikan atau melakukan penilaian
secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak tidaknya suatu gagasan.
Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang mencakup
penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat,
dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.
Perawat sebagai bagian
dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi asuhan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir kritis dalam
berbagai situasi. penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan
kasus nyata yang akan memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian
asuhan keperawatan yang komprehensif dan bermutu. Seseorang yang berfikir
dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu
berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan, dengan
tersedianya pengetahuan baru, seseorang profesional harus selalu
melakukan sesuatu dan mencari apa yang selalu efektif dan ilmia dan memberikan
hasil yang lebih baik untuk kesejateraan diri maupun orang lain.
Proses berfikir ini
dilakukan sepenjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman
baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita jadi lebih mampu untuk
membentuk asumsi, ide-ide dan membuat simpulan yang valid. Semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan belajar.
2.
Unsur-unsur
dan Kualitas
Unsur-unsur berpikir kritis antara lain :
a.
Sistematik dan senan tiasa menggunakan
criteria yang tinggi (terbaik) dari sudut intelektual untuk hasil berfikir yang
ingin di capai.
b.
Individu bertanggung jawab sepenuhnya
atas peruses kegiatan berfikir.
c.
Selalu menggunakan kriteria berdasar
standar yang telah di tentukan dalam memantau proses berfikir.
d.
Melakukan evaluasi terhadap efektivitas
kegiatan berfikir yang ditinjauh dari pencapaian tujuan yang telah di tetapkan.
Kualitas berpikir kritis:
a.
Percaya Diri
Kebanyakan orang menganggap bahwa criteria orang yang percaya diri diri
adalah sesosok figure yang sempurna dan mampu melakukan apa saja, atau memiliki
penampilan fisik tanpa cacat sedikitpun. Mungkin di antara mereka ada beberapa
orang yang minder karena memiliki kekurangan misalnya hidung pesek, tubuh
mungil, rambut krebo,dll.
b.
Mandiri
Sifat mandiri sangat diperlukan oleh
setiap orang. Dengan sifat mandiri ini, setiap orang dapat menghadapi setiap
masalah yang dihadapi, tanpa harus menunggu atau bergantung pada orang lain.
Artinya, meskipun tidak ada orang yang siap membantu, siap menghadapi masalah.
Mandiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain, karena ybagaimanapun
manusia adalah makhluk sosial, yang tetap mempunyai kemungkinan membutuhkan
orang lain. Dengan kata lain, mandiri berarti siap menyelesaikan masalah baik
sendirian maupun dengan bantuan orang lain, dan jika dengan bantuan orang lain
tidak berarti melepaskan semua tanggung jawab ke orang tersebut.
c.
Keterbukaan
Keterbukaan
merupakan perwujudan dari sikap jujur, rendah hati,adil, mau menerima pendapat,
kritik dari orang lain. Dalam KamusBesar Bahasa Indonesia, keterbukaan adalah
hal terbuka, perasaan toleransi dan hati-hati serta merupakanlandasan untuk
berkomunikasi. Dengan demikian dapat dipahami pula bahwa yang dimaksud dengan
keterbukaan adalah suatu sikap dan perilaku terbuka dari individu dalam
beraktivitas.
d.
Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus bahasa
indonesia adalah, keadaan wajib menaggung segala sesuatunya. Sehingga
bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban
menaggung, memikul,menanggung segala sesuatunya,dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak
di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
akan kewajiban. Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi
bagian hidup manusia ,bahwa setiap manusia di bebani dengan tangung
jawab.apabila di kaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus di pikul
sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat.
e.
Disiplin
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan kegiatan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.
f.
Ketekunan
Ketekunan adalah upaya bersinambung
untuk mencapai tujuan tertentu tanpa mudah menyerah hingga meraih keberhasilan
(Ranjit Singh Malhi, Enhancing Personal Quality,2005). Dengan kata lain,Denis
Watley dalam Malhi, menyebutkan, “ketekunan tetap berlangsung walau adanya
rintangan yang menghadang anda,dan anda mengetahui apa yang anda lakukan adalah
benar”. Ketekunan sering juga digambarkan sebagai keberhasilan seseorang
melakukan sesuatu melalui percobaan dan kesalahan yang dialaminya. Semacam
bentuk keuletan bekerja.
g.
Kreativitas
Kreativitas adalah suatu proses yang
menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk suatu gagasan atau suatu objek
dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock dalam Basuki, 2010).
h.
Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
Keinginan untuk mengetahui suatu
penyebab dari fenomena dan menemukan suatu yang baru. Orang yang memiliki sifat
rasa ingin tahu yang tinggi dapat dikenali dengan orang tersebut akan mencari
tahu asal-usul dari suatu fenomena dan tidak akan malu bertanya. Rasa ingin
tahu yang tinggi juga merupakan suatu ciri-ciri orang yang cerdas.
i.
Kerendahan Hati
Rendah hati adalah sifat yang
berarti tidak sombong. Sombong adalah sifat yang memuji, memuja dan menyenangi
diri sendiri secara berlebihan. jadi jika seseorang tidak melakukan sifat
sombong maka dia adalah orang yang rendah hati alias low profile.
3.
Aspek
Prilaku dan Ketrampilan Berpikir Kritis
a.
Relevance
Relevansi
(keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
b.
Importance.
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok
pikiran yang dikemukakan.
c.
Novelty
Kebaruan
dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupundalam
sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.
d.
Outside
Material
Menggunakan
pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan
e.
Ambiguity
Clarified
Mencari
penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.6)
f.
Linking
Ideas
Senantiasa
menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dariinformasi
yang berhasil dikumpulkan.
g.
Justification
Member
Bukti-bukti,
contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulanyang diambilnya.
Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenaikeuntungan
(kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi
h.
Critical
Assessment
Melakukan
evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalamdirinya
maupun dari orang lain.
i.
Practical
Utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari
sudut keperaktisan/kegunaanya dalam penerapan
j.
Width of
Understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat
muluaskan isi atau materi diskusi. Secara garis besar, perilaku berpikir kritis
diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:
1)
Berpusat pada pertanyaan (focus on question)
2)
Analisa argument (analysis arguments)
3)
Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi
(ask and answer questions of clarification and/or challenge)
4)
Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating
the credibility sources of information)
4.
Model
Berpikir Kritis dan Tingkatannya
Dalam penerapan pembelajaran
pemikiran kritis di pendidikan keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu:
feeling, vision model, dan examine model yaitu sebagai berikut:
a.
Feling
Model
Model ini menerapkan pada rasa,
kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan
perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas
keperawatan dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda
vital, perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian kepada pernyataan serta
pikiran klien.
b.
Vision
model
Model ini dingunakan untuk
membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk
merumuskan hipotesis, analisis, dugaan dan ide tentang permasalahan perawatan
kesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip
pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.
c.
Exsamine
model
Model ini dungunakan untuk
merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria
yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk
analisis, mencari, meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan
menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.
Model berfikir kritis dalam keperawatan menurut para
ahli :
1)
Costa
and colleagues (1985)
Menurut costa and colleagues
klasifikasi berpikir dikenal sebagai ‘the six Rs” yaitu:
a)
Remembering ( mengingat)
b)
Repeating (mengulang)
c)
Reasoning (memberi alasan)
d) Reorganizing
(reorganisasi)
e)
Relating (berhubungan)
f)
Reflecting (merenungkan)
2)
Lima
model berpikir kritis
a)
Total recall
b)
Habits ( kebiasaan)
c)
Inquiry ( penyelidikan / menanyakan
keterangan )
d) New
ideas and creativity
e)
Knowing how you think (mengetahui apa
yang kamu pikirkan)
Tingkatan
Berpikir Kritis
1. Tingkat dasar.
Pada tingkat ini seseorang mempunyai
kewenangan untuk menjawab setiap masalah dengan benar. Pemikiran ini harus
berdasarkan pada kenyataan yang terjadi dengan berpegang pada berbagai aturan
atau prinsip yang berlaku. Ini adalah langkah awal dalam kemampuan perkembangan
member alasan (kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Ketika perawat sebagai orang
baru yang belum berpengalaman di pelayanan, berpikir kritisnya dalam melakukan
asuhan keperawatan sangat terbatas. Oleh karena itu, ia harus mau belajar dari
perawat lain dan menerima berbagai pendapat dari orang lain.
2. Tingkat kompleks.
Pada tingkat ini seseorang akan lebih
mengakui banyaknya perbedaan pandangan dan persepsi. Pengalaman dapat membantu
seseorang menambah kemampuannya untuk melepaskan ego atau kekuasaanya untuk
menerima pendapat orang lain kemudian menganalisis dan menguji alternative
secara mandiri dan sistematis. Untuk melihat bagaimana tindakan keperawatan
mempunyai keuntungan bagi klien, perawat dapat mulai mencoba berbagai
alternative yang ada dengan membuat rentang yang lebih luas untuk
pencapaiannya. Hal ini membutuhkan lebih dari satu pemecahan masalah untuk
setiap masalah yang ditemukan. Di sini perawat belajar berbagai pendekatan yang
berbeda-beda untuk jenis penyakti yang sama.
3. Tingkat komitmen,
Pada tingkat ini perawat sudah memilih
tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil identifikasi dari berbagai
alternative pada tingkat kompleks. Perawat dapat mengantisipasi kebutuhan
kelien untuk membuat pilihan-pilihan kritis sesudah menganalisis berbagai
manfaat dari alternative yang ada. Kematangan seorang perawat akan tampak dalam
memberikan pelayanan dengan baik, lebih inovatif dan lebih tepat guna bagi
perawatan klien.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berpikir kritis adalah suatu proses
berpikir sistematik yang penting bagi berpikir kritis adalah berpikir dengan
tujuan dan mengarah ke sasaran yang membantu individu membuat penilaian
berdasarkan kata bukan pikiran. Berpikir kritis dalam keperawatan
adalah komersial untuk keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri
atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah. Yang berisi tahapan proses,
proses internalisasi dan pengolahan informasi, serta peta informasi dalam
bentuk siklus, rantai dan spider. Selain itu berpikir kristis juga mempunyai
unsur-unsur dan kualitas serta aspek perilaku dan ketrampilan dalam berpikir
kritis dengan model dan tingkatannya.
B. SARAN
Diharapkan kita sebagai
seorang perawat mampu menerapkan berpikir kritis dalam melakukan tindakan
keperawatan agat bisa mempertanggungjawabkan
profesi dan kualitas perawat
DAFTAR PUSTAKA
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: EGC. Hlm130,137
Suzanne C.smeltzer dan Brenda G. Bare.2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner & suddarth. Jakarta: EGC.30,31
M. Gaie Rubenfeld dan Barbara K. Scheffer.2010.Berpikir
kritis untuk perawat ,Strategi berbasis kompetensi. Jakarta: EGC. 50.51
R. Siti Maryam, S.Kp, Ns. Santu Setiawati, S.Kep, Ns. Mia Fatma
Ekasari, S. Kep, 2008. Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan. Jakarta :EGC.
Hlm 6,7,8,9,10,11, 13,15,17,18