Laman

Welcome to My Blog | RistaLikestar.blogspot.com | it's fun blog | Sharing | thank's for your visit |

Jumat, 25 April 2014

MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to choose, to decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode. Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).
Berpikir kritis yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Menurut Bandman (1998) berfikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah, pengambilan keputusan, dan kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan keputusan. Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.

B.     Rumusan Masalah
       Berdasarkan latar belakang , rumusan masalah yang dapat kami angkat yaitu :
1.      Bagaimana berpikir kritis dalam keperawatan?
2.      Bagaimana  berpikir kritis dan belajar dalam keperawatan?
3.      Bagaimana  peta informasi (siklus, rantai, spider) berpikir kritis dalam keperawatan?
4.      Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis?

C.     Tujuan
       Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1.    Untuk mengetahui bagaimana berpikir kritis dalam keperawatan.
2.      Untuk mengetahui bagaimana  berpikir kritis dan belajar dalam keperawatan.
3.      Untuk mengetahui bagaimana  peta informasi (siklus, rantai, spider) berpikir kritis dalam keperawatan.
4.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan berpikir kritis.

D.    Manfaat
Makalah berpikir kritis dalam keperawatan ini di harapkan mahasiswa mampu memahami tentang pengertian berpikir kritis dan cara- cara berpikir kritis dalam keperawatan.



BAB II
MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN

A.      Berpikir dan belajar.

1.        Taksonomi
Taksonomi sasarana atau tujuan pembelajaran menurut Bloom (1956).
a.         Ranah/domain kognitif, berkaitan dengan pengetahuan untuk mengingat kembali (recall) atau mengenal (recognition) dan pengembangan ketrampilan dan kemampuan intelektual.
b.        Ranah/domain efektif, meliputi pengembangan/perubahan dalam tingkah laku/sikap, minat, nilai dan apresiasinya.
c.         Ranah/domain psikomotorik, berhubungan dengan aktifitas otot atau ketrampilan gerak tubuh.

2.        Tahapan proses belajar
            Menurut Piaget, salah satu penganut aliran komitivisme, ada tiga tahapan dalam proses belajar, yaitu :
a.         Asimilasi (proses penyatuan, pengintegrasian). Proses belajar mengenai suatu situasi dapat memudahkan seseorang belajar mengenai situasi baru kalau ia menyadari kesamaan antara keduanya. Contoh : prinsip menyuntik intravena (IV) yang sudah dipelajari sebelumnya membantu mahasiswa mempelajari tentang prinsip menyuntik intramuscular (IM)
b.        Akomodasi (Penyesuaian atau aplikasi dalam situasi yang baru dan spesifik). Mahasiswa harus praktik menyuntik (IM) pada fantom terlebih dahulu sebelum ke klien.
c.         Ekuilibrasi (Penyeimbangan atau penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi). Hal ini bertujuan agar perkembangan kognitifnya dalam menata berbagai informasi berjalan secara teratur, jernih, dan logis. Di samping terus mengembangkan dan menambah ilmu, sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya (jangan sampai patah semangat dan depresi kelompok).
3.        Proses Internalisasi Belajar
1.png

Perhatikan gambar di atas, terdapat dua proses penting sebelum pengetahuan, sikap, ataupun ketrampilan dimiliki oleh individu sebagai hasil belajar. Proses tersebut adalah proses pembelajaran dan proses belajar.

a.        Proses pembelajaran.
Pada proses ini semua pengetahuan yang masuk ke dalam memori jangka pendek akan tersimpan dalam memori seseorang. Kuat lemahnya kemampuan otak manusia menyimpan informasi yang masuk sangat tergantung pada kuat lemahnya stimulus yang dapat diterima oleh otak. Oleh karena itu proses pembelajaran perlu dirancang dan di kembangkan sebaik mungkin dengan memperhatikan tujuan, strategi, materi, metode, media dan sistem evaluasi yang akan digunakan agar isi pelajaran sebagai masukan benar-benar dapat diterima peserta didik secara optimal dan berkesan dalam memori mereka.

b.        Proses belajar.
Proses ini pengetahuan yang tersimpan dalam memori jangka pendek akan dipindahkan ke dalam memori jangka panjang apabila pengetahuan tersebut sering digunakan atau di panggil keluar dari memoori sesorang. Oleh karena itu perlu adanya proses evaluasi baik itu berupa latihan, pengulangan, penerapan secara konkret, ataupun dalam bentuk tes tertulis, lisan atau perbuatan yang diberikan oleh pengajar

4.        Pengolahan informasi
Pengelolaan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan. Hal yang demikian juga dapat dikatakan bahwa pengolahan informasi dapat dikatakan sebagai bagaimana respon individu terhadap informasi yang diberikan oleh lingkungan di sekitarnya.
Pengolahan informasi merupaka perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif. Dimana dalam ranah psikologikognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Dalam teori pengolahan informasi memiliki perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar. Teori pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh ataupun melihat kemampuan memori seorang individu. Menurut Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan salah satu proses yang diselidiki dan antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi kognitif tetap tidak jelas.” Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian proses belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita simpulkan bahwa antara belajar dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.
a.         Tahap pertama dalam proses memori memerlukan perhatian terhadap stimulus yang harus menarik dan menggugah minat penjelasan di lakukan saat komunikan atau lawan bicara kita telah siap menerima dan memperhatikan. Oleh karena itu, situasi dan kondisi komunikator dan komunikasi saling mempengaruhi.
b.        Tahap kedua dan ketiga berkaitan dengan pengolahan sensorik dan penyimpanan informasi. Stimulus dapat diterima melalui indra penglihatan, pendengaran, motorik manipulasi untuk kemudian informasi tersebut dimodekan secara singkat (informasi diubah) dan dimasukan ke dalam memori jangka pendek (short term memory) (STM). STM terjadi sangat singkat yaitu kurang dari 30 detik. Setelahnya informasi tersebut apat diabaikan dan dilupakan atau disimpan dalam memory jangka panjang (Long Term Memory) (LTM). Memory jangka panjang berkaitan dengan penataan informasi dengan menggunakan strategi penyimpanan yang lebih disukai (Miss, khayalan, assosiasi) yaitu meningkatan sesuatu pada orang/barang lain, latihan dan memecahkan informasi menjadi bagian-bagian. Walaupun memori jangka panjang bertahan lama, masalah utamanya adalah mengingat dan memanggil kembali informasi yang disimpan beberapa waktu kemudian.
c.         Tahap ke empat berkaitan dengan tindakan atau respon yang di berikan seseorang berdasarkan pada cara pengolahan dan penyimpanan. Pengolahan memori dan pemanggilan kembali informasi dapat di percepat dengan cara menyusun informasi serta menjadikannya bermakna. Kesulitan memanggil informasi (lupa) dari memori jangka panjang dapat terjadi karena informasi hilang akibat jarang digunakan, ada informasi lain yang mengacu pemanggilan kembali, atau orang tersebut termotivasi untuk melupakannya.

B.       Peta Informasi (Siklus, rantai, spider)
3.png

2.png



4.png

C.      Berpikir Kritis
1.        Pengertian
     Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.
Perawat sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir kritis dalam berbagai situasi. penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus nyata yang akan memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan bermutu. Seseorang yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya  pengetahuan baru, seseorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang selalu efektif dan ilmia dan memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejateraan diri maupun orang lain.
Proses berfikir ini dilakukan sepenjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita jadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan belajar.

2.        Unsur-unsur dan Kualitas

Unsur-unsur berpikir kritis antara lain :
a.         Sistematik dan senan tiasa menggunakan criteria yang tinggi (terbaik) dari sudut intelektual untuk hasil berfikir yang ingin di capai. 
b.        Individu bertanggung jawab sepenuhnya atas peruses kegiatan berfikir. 
c.         Selalu menggunakan kriteria berdasar standar yang telah di tentukan dalam memantau proses berfikir. 
d.        Melakukan evaluasi terhadap efektivitas kegiatan berfikir yang ditinjauh dari pencapaian tujuan yang telah di tetapkan. 
 Kualitas berpikir kritis:
a.         Percaya Diri  
Kebanyakan orang menganggap bahwa criteria orang yang percaya diri diri adalah sesosok figure yang sempurna dan mampu melakukan apa saja, atau memiliki penampilan fisik tanpa cacat sedikitpun. Mungkin di antara mereka ada beberapa orang yang minder karena memiliki kekurangan misalnya hidung pesek, tubuh mungil, rambut krebo,dll.

b.        Mandiri
Sifat mandiri sangat diperlukan oleh setiap orang. Dengan sifat mandiri ini, setiap orang dapat menghadapi setiap masalah yang dihadapi, tanpa harus menunggu atau bergantung pada orang lain. Artinya, meskipun tidak ada orang yang siap membantu, siap menghadapi masalah. Mandiri bukan berarti tidak membutuhkan orang lain, karena ybagaimanapun manusia adalah makhluk sosial, yang tetap mempunyai kemungkinan membutuhkan orang lain. Dengan kata lain, mandiri berarti siap menyelesaikan masalah baik sendirian maupun dengan bantuan orang lain, dan jika dengan bantuan orang lain tidak berarti melepaskan semua tanggung jawab ke orang tersebut.


c.         Keterbukaan
Keterbukaan merupakan perwujudan dari sikap jujur, rendah hati,adil, mau menerima pendapat, kritik dari orang lain. Dalam KamusBesar Bahasa Indonesia, keterbukaan adalah hal terbuka, perasaan toleransi dan hati-hati serta merupakanlandasan untuk berkomunikasi. Dengan demikian dapat dipahami pula bahwa yang dimaksud dengan keterbukaan adalah suatu sikap dan perilaku terbuka dari individu dalam beraktivitas.

d.        Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus bahasa indonesia adalah, keadaan wajib menaggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban menaggung, memikul,menanggung segala sesuatunya,dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian hidup manusia ,bahwa setiap manusia di bebani dengan tangung jawab.apabila di kaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus di pikul sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat.

e.         Disiplin
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan kegiatan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.

f.         Ketekunan
Ketekunan adalah upaya bersinambung untuk mencapai tujuan tertentu tanpa mudah menyerah hingga meraih keberhasilan (Ranjit Singh Malhi, Enhancing Personal Quality,2005). Dengan kata lain,Denis Watley dalam Malhi, menyebutkan, “ketekunan tetap berlangsung walau adanya rintangan yang menghadang anda,dan anda mengetahui apa yang anda lakukan adalah benar”. Ketekunan sering juga digambarkan sebagai keberhasilan seseorang melakukan sesuatu melalui percobaan dan kesalahan yang dialaminya. Semacam bentuk keuletan bekerja.


g.        Kreativitas
Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock dalam Basuki, 2010).

h.        Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
Keinginan untuk mengetahui suatu penyebab dari fenomena dan menemukan suatu yang baru. Orang yang memiliki sifat rasa ingin tahu yang tinggi dapat dikenali dengan orang tersebut akan mencari tahu asal-usul dari suatu fenomena dan tidak akan malu bertanya. Rasa ingin tahu yang tinggi juga merupakan suatu ciri-ciri orang yang cerdas.

i.          Kerendahan Hati
Rendah hati adalah sifat yang berarti tidak sombong. Sombong adalah sifat yang memuji, memuja dan menyenangi diri sendiri secara berlebihan. jadi jika seseorang tidak melakukan sifat sombong maka dia adalah orang yang rendah hati alias low profile.

3.        Aspek Prilaku dan Ketrampilan Berpikir Kritis
a.        Relevance 
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.

b.        Importance.
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.

c.         Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupundalam sikap menerima adanya ide-ide baru orang lain.

d.        Outside Material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan


e.         Ambiguity Clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan.6)

f.         Linking Ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau pandangan serta mencari data baru dariinformasi yang berhasil dikumpulkan.

g.        Justification Member
Bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulanyang diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa member penjelasan mengenaikeuntungan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solusi

h.        Critical Assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/ masukan yang dating dari dalamdirinya maupun dari orang lain.

i.          Practical Utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan/kegunaanya dalam penerapan

j.          Width of Understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat muluaskan isi atau materi diskusi. Secara garis besar, perilaku berpikir kritis diatas dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan:

1)        Berpusat pada pertanyaan (focus on question)
2)        Analisa argument (analysis arguments)
3)        Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk klarifikasi (ask and answer questions of clarification and/or challenge)
4)        Evaluasi kebenaran dari sumber informasi (evaluating the credibility sources of information)



4.        Model Berpikir Kritis dan Tingkatannya
Dalam penerapan pembelajaran pemikiran kritis di pendidikan keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu: feeling, vision model, dan examine model yaitu sebagai berikut:
a.        Feling Model
Model ini menerapkan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.
b.        Vision  model
Model ini dingunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien, beberapa kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.
c.         Exsamine model
Model ini dungunakan untuk merefleksi ide, pengertian dan visi. Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, meguji, melihat konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.
Model berfikir kritis dalam keperawatan menurut para ahli :

1)        Costa and colleagues (1985)

Menurut costa and colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai ‘the six Rs” yaitu:
a)        Remembering ( mengingat)
b)        Repeating (mengulang)
c)        Reasoning (memberi alasan)
d)       Reorganizing (reorganisasi)
e)        Relating (berhubungan)
f)         Reflecting (merenungkan)

2)        Lima model berpikir kritis
a)        Total recall
b)        Habits ( kebiasaan)
c)        Inquiry ( penyelidikan / menanyakan keterangan )
d)       New ideas and creativity
e)        Knowing how you think (mengetahui apa yang kamu pikirkan)

Tingkatan Berpikir Kritis
1.    Tingkat dasar.
Pada tingkat ini seseorang mempunyai kewenangan untuk menjawab setiap masalah dengan benar. Pemikiran ini harus berdasarkan pada kenyataan yang terjadi dengan berpegang pada berbagai aturan atau prinsip yang berlaku. Ini adalah langkah awal dalam kemampuan perkembangan member alasan (kataoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Ketika perawat sebagai orang baru yang belum berpengalaman di pelayanan, berpikir kritisnya dalam melakukan asuhan keperawatan sangat terbatas. Oleh karena itu, ia harus mau belajar dari perawat lain dan menerima berbagai pendapat dari orang lain.
2.    Tingkat kompleks.
Pada tingkat ini seseorang akan lebih mengakui banyaknya perbedaan pandangan dan persepsi. Pengalaman dapat membantu seseorang menambah kemampuannya untuk melepaskan ego atau kekuasaanya untuk menerima pendapat orang lain kemudian menganalisis dan menguji alternative secara mandiri dan sistematis. Untuk melihat bagaimana tindakan keperawatan mempunyai keuntungan bagi klien, perawat dapat mulai mencoba berbagai alternative yang ada dengan membuat rentang yang lebih luas untuk pencapaiannya. Hal ini membutuhkan lebih dari satu pemecahan masalah untuk setiap masalah yang ditemukan. Di sini perawat belajar berbagai pendekatan yang berbeda-beda untuk jenis penyakti yang sama.
3.    Tingkat komitmen,
Pada tingkat ini perawat sudah memilih tindakan apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil identifikasi dari berbagai alternative pada tingkat kompleks. Perawat dapat mengantisipasi kebutuhan kelien untuk membuat pilihan-pilihan kritis sesudah menganalisis berbagai manfaat dari alternative yang ada. Kematangan seorang perawat akan tampak dalam memberikan pelayanan dengan baik, lebih inovatif dan lebih tepat guna bagi perawatan klien.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan kata bukan pikiran. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah. Yang berisi tahapan proses, proses internalisasi dan pengolahan informasi, serta peta informasi dalam bentuk siklus, rantai dan spider. Selain itu berpikir kristis juga mempunyai unsur-unsur dan kualitas serta aspek perilaku dan ketrampilan dalam berpikir kritis dengan model dan tingkatannya.

B.     SARAN
Diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu menerapkan berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan agat bisa mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawat


DAFTAR PUSTAKA
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: EGC. Hlm130,137
Suzanne C.smeltzer dan Brenda G. Bare.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Brunner & suddarth. Jakarta: EGC.30,31
M. Gaie Rubenfeld dan Barbara K. Scheffer.2010.Berpikir kritis untuk perawat ,Strategi berbasis kompetensi. Jakarta: EGC. 50.51
R. Siti Maryam, S.Kp, Ns. Santu Setiawati, S.Kep, Ns. Mia Fatma Ekasari, S. Kep, 2008. Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan. Jakarta :EGC. Hlm 6,7,8,9,10,11, 13,15,17,18



Tidak ada komentar:

Posting Komentar