Laman

Welcome to My Blog | RistaLikestar.blogspot.com | it's fun blog | Sharing | thank's for your visit |

Rabu, 24 September 2014

Tanda dan Gejala Kecukupan Nutrisi

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan tubuh. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Menurut Jahari (2002) status gizi adalah gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis termasuk tumbuh.
Pengetahuan yang kurang tentang gizi dan kesehatan akan menyebabkan asupan makanan yang tidak cukup serta meningkatnya risiko penyakit. Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita masih menjadi masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Maka dari itu, pemahaman tentang penilaian status gizi sangat penting bagi mahasiswa kesehatan khususnya. Di dalam makalah ini kami akan membahas beberapa sub bab yaitu penilaian status gizi IMT, BB, LLA, head to toe.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan data dalam latar belakang maka perumusan pertanyaan masalah adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan gizi?
2.      Bagaimana cara penilaian status gizi IMT?
3.      Bagaimana cara penilaian status gizi BB?
4.      Bagaimana cara penilaian status gizi LLA?
5.      Bagaimana cara penilaian status gizi head to toe?


C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gizi
2.      Untuk mengetahui bagaimana cara penilaian status gizi imt.
3.      Untuk mengetahui bagaimana cara penilaian status gizi bb.
4.      Untuk mengetahui bagaimana cara penilaian status gizi lla.
5.      Untuk mengetahui bagaimana cara penilaian status gizi head to toe.

D.    Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang tanda dan gejala kecukupan nutrisi.
2.      Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang tanda dan gejala kecukupan nutrisi.

E.     Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu :
1.   Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan buku atau refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.
2.      Metode Media Informatika
Metode media informatika adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Gizi
Gizi meliputi pengertian yang luas, tak hanya mengenai jenis-jenis pangan dan gunanya bagi badan melainkan juga mengenai cara-cara memperoleh serta mengolah dan mempertimbangkan agar kita tetap sehat. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2001).  
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk tertentu (Supariasa, 2001). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2001). Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk (FKM UI, 2008)
Gizi perlu diperhatikan dan dibuat lebih baik. Keadaan gizi yang lebih baik berpengaruh baik bagi manusia perseorangan maupun masyarakat. Dengan gizi yang baik manusia menjadi sehat dan cerdas. Manusia yang sehat dan cerdas dapat mempunyai daya kerja yang baik. Daya kerja yang baik meningkatkan taraf hidup masyarakat dan ini merupakan tanda rakyat yang sejahtera. Keadaan gizi setiap orang di dalam masyarakat kita mencerminkan kesejahteraan yang adil dan merata. Hanya rakyat yang sejahtera yang dapat bergizi baik dengan memperoleh pangan yang baik. Masyarakat ini adalah masyarakat yang  bertaraf hidup yang lebih baik.


Klasifikasi status gizi

Menurut Sediaoetama (2001), keadaan kesehatan gizi sesuai dengan tingkat konsumsi dibagi menjadi tiga yaitu gizi lebih (overnutritional state), gizi baik (eunutritional state) dan gizi kurang (undernutrition).

  1. Gizi lebih (overnutritional state). Tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi berlebih. Ternyata kondisi ini mempunyai tingkat kesehatan yang lebih rendah, meskipun berat badan lebih tinggi dibandingkan berat badan ideal. Dalam keadaan demikian, timbul penyakit-penyakit tertentu yang sering dijumpai pada orang kegemukan seperti ; penyakit kardiovaskuler yang menyerang jantung dan system pembuluh darah, hipertensi, diabetes mellitus dan lainnya.
  2. Gizi baik (eunutritional state). Tingkat kesehatan gizi terbaik ialah kesehatan gizi optimum (eunutritional state). Dalam kondisi ini jaringan penuh oleh semua zat tersebut. Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Tubuh juga mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya.
  3. Gizi kurang (undernutrition). Tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi defisien. Terjadi gejala-gejala penyakit defisiensi gizi. Berat badan akan lebih rendah dari berat badan ideal dan penyediaan zat-zat gizi bagi jaringan tidak mencukupi, sehingga akan menghambat fungsi jaringan tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

  1. Pola konsumsi dan asupan makanan
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kalau susunan hidangannya memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya (Sediaoetama, 2001).



  1. Status kesehatan
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah penyakit infeksi yang dapat mengganggu metabolisme dan fungsi imunitas. Penyakit infeksi dapat menyebabkan perubahan status gizi kurang yang selanjutnya bermanifestasi ke status gizi buruk (Sediaoetama, 2001).
  1. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kwantum makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Awam yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang gizi makanan tersebut (Sediaoetama, 2001)

  1. Status ekonomi
Dinegara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi (Hendra Arif W, 2008).

  1. Pemeliharaan kesehatan
Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit (Hendra Arif W, 2008).

  1. Lingkungan
Status gizi kurang bila diperburuk oleh kesehatan lingkungan rumah tangga yang kurang memadai, dapat meningkatkan angka kesakitan akibat infeksi (Sediaoetama, 2001).


  1. Budaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah (Almatsier, 2001).
Pengukuran antropometri yang paling sering dilakukan adalah tinggi, berat dan lingkar lengan atas dan otot lengan. Bila dari pengukuran antropometrik telah dikumpulkan sebagai bagian dari pengumpulan data, maka harus digunakan peralatan dan prosedur baku. Meskipun fokus pengukurannya pada kekurangan nutrisi, kita harus tetap mendeteksi obesitas

B.     Penilaian Status Gizi Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT (indeks massa tubuh) yang merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (18 tahun keatas). Khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah pengukuran yang membandingkan berat dan tinngi badan seseorang, dengan tujuan memperkirakan berat badan ideal untuk tinggi badan tertentu. IMT secara tidak langsung mengukur persentase lemak tubuh seseorang dan banyak digunakan untuk menentukan kegemukan dan obesitas
Batas ambang indeks massa tubuh (IMT) di Indonesia

Kategori
IMT
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat
<17

Kekurangan berat badan tingkat sedang
17,0-18,5
Normal

18,5-25,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat ringan
>25,0-27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat
.27,0
Sumber: Depkes 2002 (lihat Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI 2007)
Cara mengukur IMT adalah dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan tinggi badan (dalam meter) yag dikuadratkan.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur indeks massa tubuh adalah sebagai berikut:

Indeks massa tubuh = Berat badan (kg)
                                   Tinggi badan2 (m)


C.    Penilaian Status Gizi Berat Badan (BB)
Berat badan anak merupakan indikator yang baik bagi penentuan status gizinya, khususnya untuk mereka yang berumur di bawah lima tahun. Hal ini memerlukan kemampuan yang baik untuk mendeteksi dan menentukan apakah anak mengalami atau tidak mengalami gangguan pertumbuhan dengan menggunakan satu ukuran berat badan atau satu seri angka berat badan. Bagaimana pun juga hal ini sangat mudah dilakukan apabila berat badan dibandingkan dengan berat badan normal atau rujukan dari anak yang umur atau tinggi badannya sama. Cara yang sederhana dan baik untuk melakukan hal tersebut adalah dengan membuat plot berat badan di mana berat badan rujukan telah digambarkan pada peta itu.
Meskipun rata-rata berat badan dari berbagai kelompok anak sangat bervariasi, namun telah banyak diketahui bahwa hal in terjadi karena perbedaan dalam hal status gizi dan kesehatan.  
Panduan Untuk Mengukur Berat Badan Ideal
Wanita
·         45,36 kg untuk tinggi badan 150 cm
·         Tambahkan 2,2 kg untuk setiap kelebihan tinggi badan 2,5 cm dari 150 cm
·         Kurangi 10% untuk kerangka kecil; tambah 10% untuk kerangka besar.
Pria
·         48,08 kg untuk tiap tinggi badan 150 cm
·         Tambahkan 2,7 kg untuk tiap kelebihan tinggi badan 2,5 dari 150 cm
·         Kurangi 10% untuk kerangka kecil; tambah 10% untuk kerangka besar.
Contoh: BBI untuk seorang dewasa dengan tinggi badan 165 cm

Wanita
Pria
Tinggi badan 150 cm
45,36 kg
48,08 kg
Tambahan per 2,5 cm
15 cm x 2,2 kg/cm=13,2 kg
15 cm x 2,7 kg/cm=16,2 kg
Berat badan ideal
60 kg ± 6 kg bergantung pada ukuran kerangka
64 kg ± 6,35 kg bergantung pada ukuran kerangka

Anak Usia Sekolah
Di negara-negara industri periode ini dimulai saat anak mulai masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12 tahun merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah. Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat daripada setelah lahir, tetapi meningkat secara terus-menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak mengikuti pola secara tepat. Anak usia sekolah tampak lebih langsing daripada anak prasekolah, sebagai akibat perubahan distribusi dan ketebalan lemak (Edelman dan Mandle, 1994). Laju pertumbuhan berbeda pada setiap anak dan waktu yang berbeda. Rata-rata berat meningkat 2-3,5 kg per tahun. Banyak anak yangberat badannya dua kali lipat selama tahun pertengahan masa kanak-kanak.

Remaja
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Meningkatnya berat badan biasanya terjadi selama laju pertumbuhan pubertas. Laju pertumbuhan pada perempuan umumnya mulai antara umur 8 dan 14 tahun. Berat badan meningkat 7 sampai 27, 5 kg. pertumbuhan pada anak laki-laki mulai antara usia 10 dan 16 tahun. Berat badan meningkat 7  sampai 32,5kg.










D.    Penilaian Status Gizi Lingkar Lengan Atas (LLA)
Penilaian lingkar lengan atas ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, namun penilaian ini tidak banyak berpengaruh pada keadaan jaringan apabila dibandingkan dengan berat badan. Penilaian ini juga dapat dipakai untuk menilai status gizi pada anak. Pada kehidupan tahun pertama, lingkar lengan atas anak yang sehat bertambah dengan cepat karena otot dan lemak tumbuh dan berkembang. Setelah itu pertumbuhan itu relative konstan pada kira-kira 17 cm sampai umur 15 tahun. Bila anak mengalami kurang gizi, maka otot akan berkurang (mengecil), lemak menghilang dan lingkar lengan atas berkurang (mengecil), lemak menghilang dan lingkar lengan atas dapat digunakan sebagai alat untuk menyaring secara tepat anak balita yang mengalami gizi kurang, terutama bila umurnya tidak diketahui dengan tepat bila pengukuran berat badan tidak tersedia.
Petugas lapangan di masyarakat dapat belajar bagaimana mengukur dan menafsirkan hasil pengukuran. Alat pengukur lingkar lengan atas berupa pita yang dibuat dari bahan yang tidak melar (meregang) dan diberi skala sentimeter/millimeter. Biasanya pada pita ini langsung diberi warna, merah kuningdan hijau. Apabila pengukuran jatuh pada pita yang berwarna merah maka berarti anak berada pada kondisi gizi buruk, sedangkan bila pita yang yang berwarna kuning menandakan bahwa anak mengalami keadaan gizi kurang. Pengukuran yang jatuh pada warna hijau menunjukan bahwa anak bersangkutan keadaan gizinya baik. Titik batas (cut of point) antara merah dam kuning jatuh pada angka 12,5 cm, sementara itu antara warna kuning dan hijau jatuh pada angka 13,5 cm.
Dari studi yang pernah dilakukan oleh beberapa ahli menyebutkan bahwa terdapat kolerasi positif antara lingkar lengan atas denga berat badan dan kondisi klinis. Perlu disadari bahwa lingkar lengan atas bukanlah merupakan indikator yang tepar bagi kasus atau penderita Kurang Energi-Protein (KEP) seperti halnya berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi badan. Selain itu lingkar lengan atas tidak dapat dipakai untuk memantau perkembangan anak secara individual.
Gambar Pita Pengukur Lingkar Lengan Atas (Tampal muka dan belakang 1= lubang pertama ujung pita masuk; 2= lubang kedua pita keluar; 3= dua tanda panah titik nol tempat membaca hasil).
Pengukuran LLA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LLA, yaitu :
1.            Tetapkan posisi bahu dan siku
2.            Letakkan pita antara bahu dan siku
3.            Tentukan titik tengah lengan
4.            Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan
5.            Pita Jangan terlalu ketat
6.            Pita jangan terlalu longgar
7.            Cara pembacaan skala yang benar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LLA adalah pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata.
E.     Penilaian Status Gizi Head to Toe
Adapun pemeriksaan fisik menurut sistem tubuh dapat menggunakan pola head to toe, yaitu pemeriksaan dari kepala hingga ujung jari. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon  terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).
Temuan fisik pada pengkajian head to toe
Sistem
Temuan Pemeriksaan Fisik
Integumen
1.      Lemak subkutan menyusut
2.      Kulit kering dan tipis, rentan terhadap trauma dan iritasi, serta terlambat sembuh
Mata
1.      Arcus senilis, penurunan virus
Telinga
1.      Pendengaran berkurang yang selanjutnya dapat berakibat gangguan bicara
Kardiopulmonar
Curah jantung berurang serta elastisitas jantung dan pembuluh darah berkurang. Terdengar bunyi jantung IV (S4) dan bising sistolik. Kapasitas vital paru, volume ekspirasi, serta elastisitas paru-paru berkurang. Walaupun tak ada kelainan paru namun dapat terdengar ronki basal
Musculoskeletal
Massa tulang berkurang, lebih jelas pada wanita. Jumlah dan ukuran otot berkurang. Massa tubuh banyak yang tergantikan oleh jaringan lemak yang disertai pula oleh kehilangan cairan.
Gastrointestinal
Mobolitas dan absorpsi saluran cerna berkurang, daya pengecap, serta produksi saliva menurun.
Neurological
Rasa raba juga berkurang, arm-swing, langkah menyempit dan pada pria agak melebar. Selain itu, terdapat potensi perubahan pada status mental.
















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
  1. Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk (FKM UI, 2008)
  2. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah pengukuran yang membandingkan berat dan tinngi badan seseorang, dengan tujuan memperkirakan berat badan ideal untuk tinggi badan tertentu.
  3. Berat badan anak merupakan indikator yang baik bagi penentuan status gizinya, khususnya untuk mereka yang berumur di bawah lima tahun.
  4. Penilaian lingkar lengan atas ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot. Penilaian ini juga dapat dipakai untuk menilai status gizi pada anak.
  5. Pola head to toe, yaitu pemeriksaan dari kepala hingga ujung jari. pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis.

B.     Saran

Kecukupan zat gizi haruslah kita perhatikan agar tidak menyebabkan kekurangan zat gizi. Penilaian keadaan gizi juga perlu kita lakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan tubuh kita, apakah asupan makanan yang kita konsumsi sudah sesuai dengan zat gizi yang kita perlukan. 


DAFTAR PUSTAKA

Potter  & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi.4. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta: EGC..
Hidayat, A. Aziz Alimul 2008. Asidosis Neonatus, Bayi, & Balita: Buku Praktikum Mahasiswa Kebidanan.Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Suhardjo. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta
Proverawati, Atikah dan Wati, Erna Kusuma.2010.Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika
Yuniastuti, Ari.2008.Gizi dan Kesehatan.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar