BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah
ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan
kesehatan tubuh. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Menurut Jahari (2002) status gizi adalah
gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan
zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis termasuk tumbuh.
Pengetahuan yang kurang tentang gizi dan
kesehatan akan menyebabkan asupan makanan yang tidak cukup serta meningkatnya
risiko penyakit. Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita masih
menjadi masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Maka dari itu,
pemahaman tentang penilaian status gizi sangat penting bagi mahasiswa kesehatan
khususnya. Di dalam makalah ini kami akan membahas beberapa sub bab yaitu
penilaian status gizi IMT, BB, LLA, head to toe.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data dalam latar belakang maka perumusan pertanyaan masalah adalah sebagai
berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan gizi?
2.
Bagaimana cara
penilaian status gizi IMT?
3.
Bagaimana cara
penilaian status gizi BB?
4.
Bagaimana cara penilaian status gizi LLA?
5. Bagaimana
cara penilaian status gizi head to toe?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan gizi
2.
Untuk mengetahui bagaimana
cara penilaian status gizi imt.
3.
Untuk mengetahui bagaimana
cara penilaian status gizi bb.
4.
Untuk mengetahui bagaimana
cara penilaian status gizi lla.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara penilaian
status gizi head to toe.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini
adalah :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa
tentang tanda dan gejala kecukupan nutrisi.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang tanda
dan gejala kecukupan nutrisi.
E. Metode Penulisan
Metode
yang kami gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu :
1. Metode Kepustakaan
Metode kepustakaan adalah
metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan buku atau
refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.
2. Metode
Media Informatika
Metode
media informatika adalah
metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Gizi
Gizi meliputi
pengertian yang luas, tak hanya mengenai jenis-jenis pangan dan gunanya bagi
badan melainkan juga mengenai cara-cara memperoleh serta mengolah dan
mempertimbangkan agar kita tetap sehat. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi (Supariasa, 2001).
Status
gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu,
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk tertentu (Supariasa, 2001). Status
gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi (Almatsier, 2001). Penilaian status gizi adalah interpretasi dari
data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi
populasi atau individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk (FKM UI,
2008)
Gizi perlu diperhatikan
dan dibuat lebih baik. Keadaan gizi yang lebih baik berpengaruh baik bagi
manusia perseorangan maupun masyarakat. Dengan gizi yang baik manusia menjadi
sehat dan cerdas. Manusia yang sehat dan cerdas dapat mempunyai daya kerja yang
baik. Daya kerja yang baik meningkatkan taraf hidup masyarakat dan ini
merupakan tanda rakyat yang sejahtera. Keadaan gizi setiap orang di dalam
masyarakat kita mencerminkan kesejahteraan yang adil dan merata. Hanya rakyat
yang sejahtera yang dapat bergizi baik dengan memperoleh pangan yang baik.
Masyarakat ini adalah masyarakat yang
bertaraf hidup yang lebih baik.
Klasifikasi
status gizi
Menurut
Sediaoetama (2001), keadaan kesehatan gizi sesuai dengan tingkat konsumsi
dibagi menjadi tiga yaitu gizi lebih (overnutritional state), gizi baik
(eunutritional state) dan gizi kurang (undernutrition).
- Gizi lebih (overnutritional
state).
Tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi berlebih. Ternyata kondisi
ini mempunyai tingkat kesehatan yang lebih rendah, meskipun berat badan
lebih tinggi dibandingkan berat badan ideal. Dalam keadaan demikian,
timbul penyakit-penyakit tertentu yang sering dijumpai pada orang
kegemukan seperti ; penyakit kardiovaskuler yang menyerang jantung dan
system pembuluh darah, hipertensi, diabetes mellitus dan lainnya.
- Gizi baik (eunutritional
state).
Tingkat kesehatan gizi terbaik ialah kesehatan gizi optimum (eunutritional
state). Dalam kondisi ini jaringan penuh oleh semua zat tersebut. Tubuh
terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya.
Tubuh juga mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya.
- Gizi kurang (undernutrition). Tingkat kesehatan gizi sebagai
hasil konsumsi defisien. Terjadi gejala-gejala penyakit defisiensi gizi.
Berat badan akan lebih rendah dari berat badan ideal dan penyediaan
zat-zat gizi bagi jaringan tidak mencukupi, sehingga akan menghambat
fungsi jaringan tersebut.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi
- Pola konsumsi dan asupan
makanan
Keadaan
kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan
oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kalau susunan hidangannya memenuhi
kebutuhan tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan
mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya (Sediaoetama, 2001).
- Status kesehatan
Salah satu faktor yang mempengaruhi
status gizi adalah penyakit infeksi yang dapat mengganggu metabolisme dan
fungsi imunitas. Penyakit infeksi dapat menyebabkan perubahan status gizi
kurang yang selanjutnya bermanifestasi ke status gizi buruk (Sediaoetama,
2001).
- Pengetahuan
Semakin
banyak pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kwantum makanan
yang dipilih untuk dikonsumsinya. Awam yang tidak mempunyai cukup pengetahuan
gizi, akan memilih makanan yang paling menarik pancaindera, dan tidak
mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makan. Sebaliknya mereka yang semakin
banyak pengetahuan gizinya, lebih mempergunakan pertimbangan rasional dan
pengetahuan tentang gizi makanan tersebut (Sediaoetama, 2001)
- Status ekonomi
Dinegara
Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah golongan
rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama
makanan yang bergizi (Hendra Arif W, 2008).
- Pemeliharaan kesehatan
Perilaku
sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion
behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya
termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) yang
merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit (Hendra Arif W, 2008).
- Lingkungan
Status
gizi kurang bila diperburuk oleh kesehatan lingkungan rumah tangga yang kurang
memadai, dapat meningkatkan angka kesakitan akibat infeksi (Sediaoetama, 2001).
- Budaya
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap
makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal
sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam
masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah (Almatsier, 2001).
Pengukuran antropometri yang paling
sering dilakukan adalah tinggi, berat dan lingkar lengan atas dan otot lengan.
Bila dari pengukuran antropometrik telah dikumpulkan sebagai bagian dari
pengumpulan data, maka harus digunakan peralatan dan prosedur baku. Meskipun
fokus pengukurannya pada kekurangan nutrisi, kita harus tetap mendeteksi
obesitas
B. Penilaian Status Gizi Indeks Massa
Tubuh (IMT)
IMT
(indeks massa tubuh) yang merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa (18 tahun keatas). Khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah
pengukuran yang membandingkan berat dan tinngi badan seseorang, dengan tujuan
memperkirakan berat badan ideal untuk tinggi badan tertentu. IMT secara tidak
langsung mengukur persentase lemak tubuh seseorang dan banyak digunakan untuk
menentukan kegemukan dan obesitas
Batas
ambang indeks massa tubuh (IMT) di Indonesia
|
Kategori
|
IMT
|
Kurus
|
Kekurangan berat badan tingkat berat
|
<17
|
|
Kekurangan berat badan tingkat sedang
|
17,0-18,5
|
Normal
|
|
18,5-25,0
|
Gemuk
|
Kelebihan berat badan tingkat ringan
|
>25,0-27,0
|
|
Kelebihan berat badan tingkat berat
|
.27,0
|
Sumber:
Depkes 2002 (lihat Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI 2007)
Cara mengukur IMT adalah dengan membagi
berat badan (dalam kilogram) dengan tinggi badan (dalam meter) yag
dikuadratkan.
Adapun
rumus yang digunakan untuk mengukur indeks massa tubuh adalah sebagai berikut:
Indeks massa tubuh = Berat
badan (kg)
Tinggi badan2
(m)
|
C. Penilaian Status Gizi Berat Badan
(BB)
Berat badan anak merupakan indikator
yang baik bagi penentuan status gizinya, khususnya untuk mereka yang berumur di
bawah lima tahun. Hal ini memerlukan kemampuan yang baik untuk mendeteksi dan
menentukan apakah anak mengalami atau tidak mengalami gangguan pertumbuhan
dengan menggunakan satu ukuran berat badan atau satu seri angka berat badan.
Bagaimana pun juga hal ini sangat mudah dilakukan apabila berat badan dibandingkan
dengan berat badan normal atau rujukan dari anak yang umur atau tinggi badannya
sama. Cara yang sederhana dan baik untuk melakukan hal tersebut adalah dengan
membuat plot berat badan di mana berat badan rujukan telah digambarkan pada
peta itu.
Meskipun rata-rata berat badan dari
berbagai kelompok anak sangat bervariasi, namun telah banyak diketahui bahwa
hal in terjadi karena perbedaan dalam hal status gizi dan kesehatan.
Panduan
Untuk Mengukur Berat Badan Ideal
|
Wanita
·
45,36 kg untuk tinggi badan 150
cm
·
Tambahkan 2,2 kg untuk setiap
kelebihan tinggi badan 2,5 cm dari 150 cm
·
Kurangi 10% untuk kerangka kecil;
tambah 10% untuk kerangka besar.
|
Pria
·
48,08 kg untuk tiap tinggi badan
150 cm
·
Tambahkan 2,7 kg untuk tiap
kelebihan tinggi badan 2,5 dari 150 cm
·
Kurangi 10% untuk kerangka kecil;
tambah 10% untuk kerangka besar.
|
Contoh: BBI untuk seorang dewasa
dengan tinggi badan 165 cm
|
|
Wanita
|
Pria
|
Tinggi
badan 150 cm
|
45,36
kg
|
48,08
kg
|
Tambahan
per 2,5 cm
|
15
cm x 2,2 kg/cm=13,2 kg
|
15
cm x 2,7 kg/cm=16,2 kg
|
Berat
badan ideal
|
60
kg ± 6 kg bergantung pada ukuran kerangka
|
64
kg ± 6,35 kg bergantung pada ukuran kerangka
|
Anak Usia Sekolah
Di negara-negara industri periode ini
dimulai saat anak mulai masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas
sekitar usia 12 tahun merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah. Laju
pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat daripada setelah lahir,
tetapi meningkat secara terus-menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak
mengikuti pola secara tepat. Anak usia sekolah tampak lebih langsing daripada
anak prasekolah, sebagai akibat perubahan distribusi dan ketebalan lemak
(Edelman dan Mandle, 1994). Laju pertumbuhan berbeda pada setiap anak dan waktu
yang berbeda. Rata-rata berat meningkat 2-3,5 kg per tahun. Banyak anak
yangberat badannya dua kali lipat selama tahun pertengahan masa kanak-kanak.
Remaja
Remaja atau adolesens adalah periode
perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak
menuju dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Meningkatnya berat badan
biasanya terjadi selama laju pertumbuhan pubertas. Laju pertumbuhan pada
perempuan umumnya mulai antara umur 8 dan 14 tahun. Berat badan meningkat 7
sampai 27, 5 kg. pertumbuhan pada anak laki-laki mulai antara usia 10 dan 16
tahun. Berat badan meningkat 7 sampai
32,5kg.
D. Penilaian Status Gizi Lingkar
Lengan Atas (LLA)
Penilaian lingkar lengan atas ini
digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot, namun penilaian ini tidak
banyak berpengaruh pada keadaan jaringan apabila dibandingkan dengan berat
badan. Penilaian ini juga dapat dipakai untuk menilai status gizi pada anak. Pada
kehidupan tahun pertama, lingkar lengan atas anak yang sehat bertambah dengan
cepat karena otot dan lemak tumbuh dan berkembang. Setelah itu pertumbuhan itu
relative konstan pada kira-kira 17 cm sampai umur 15 tahun. Bila anak mengalami
kurang gizi, maka otot akan berkurang (mengecil), lemak menghilang dan lingkar
lengan atas berkurang (mengecil), lemak menghilang dan lingkar lengan atas
dapat digunakan sebagai alat untuk menyaring secara tepat anak balita yang
mengalami gizi kurang, terutama bila umurnya tidak diketahui dengan tepat bila
pengukuran berat badan tidak tersedia.
Petugas lapangan di masyarakat dapat
belajar bagaimana mengukur dan menafsirkan hasil pengukuran. Alat pengukur
lingkar lengan atas berupa pita yang dibuat dari bahan yang tidak melar
(meregang) dan diberi skala sentimeter/millimeter. Biasanya pada pita ini
langsung diberi warna, merah kuningdan hijau. Apabila pengukuran jatuh pada
pita yang berwarna merah maka berarti anak berada pada kondisi gizi buruk,
sedangkan bila pita yang yang berwarna kuning menandakan bahwa anak mengalami
keadaan gizi kurang. Pengukuran yang jatuh pada warna hijau menunjukan bahwa
anak bersangkutan keadaan gizinya baik. Titik batas (cut of point) antara merah
dam kuning jatuh pada angka 12,5 cm, sementara itu antara warna kuning dan hijau
jatuh pada angka 13,5 cm.
Dari studi yang pernah dilakukan oleh
beberapa ahli menyebutkan bahwa terdapat kolerasi positif antara lingkar lengan
atas denga berat badan dan kondisi klinis. Perlu disadari bahwa lingkar lengan
atas bukanlah merupakan indikator yang tepar bagi kasus atau penderita Kurang
Energi-Protein (KEP) seperti halnya berat badan menurut umur atau berat badan
menurut tinggi badan. Selain itu lingkar lengan atas tidak dapat dipakai untuk
memantau perkembangan anak secara individual.
Gambar Pita Pengukur
Lingkar Lengan Atas (Tampal muka dan belakang 1= lubang pertama ujung pita
masuk; 2= lubang kedua pita keluar; 3= dua tanda panah titik nol tempat membaca
hasil).
Pengukuran LLA dilakukan
melalui urutan-urutan yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LLA, yaitu
:
1.
Tetapkan posisi bahu dan siku
2.
Letakkan pita antara bahu dan
siku
3.
Tentukan titik tengah lengan
4.
Lingkarkan pita LLA pada
tengah lengan
5.
Pita Jangan terlalu ketat
6.
Pita jangan terlalu longgar
7.
Cara pembacaan skala yang
benar
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran LLA adalah pengukuran dilakukan di bagian tengah
antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan).
Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan
tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut
atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata.
E. Penilaian Status Gizi Head to Toe
Adapun
pemeriksaan fisik menurut sistem tubuh dapat menggunakan pola head to toe,
yaitu pemeriksaan dari kepala hingga ujung jari. Pemeriksaan fisik merupakan
peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system tubuh yang
memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk
mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan
terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi
tersebut.(Potter dan Perry, 2005).
Temuan fisik pada
pengkajian head to toe
Sistem
|
Temuan
Pemeriksaan Fisik
|
Integumen
|
1. Lemak
subkutan menyusut
2. Kulit
kering dan tipis, rentan terhadap trauma dan iritasi, serta terlambat sembuh
|
Mata
|
1. Arcus
senilis, penurunan virus
|
Telinga
|
1. Pendengaran
berkurang yang selanjutnya dapat berakibat gangguan bicara
|
Kardiopulmonar
|
Curah jantung berurang serta
elastisitas jantung dan pembuluh darah berkurang. Terdengar bunyi jantung IV
(S4) dan bising sistolik. Kapasitas vital paru, volume ekspirasi, serta
elastisitas paru-paru berkurang. Walaupun tak ada kelainan paru namun dapat
terdengar ronki basal
|
Musculoskeletal
|
Massa tulang berkurang, lebih jelas
pada wanita. Jumlah dan ukuran otot berkurang. Massa tubuh banyak yang
tergantikan oleh jaringan lemak yang disertai pula oleh kehilangan cairan.
|
Gastrointestinal
|
Mobolitas dan absorpsi saluran cerna
berkurang, daya pengecap, serta produksi saliva menurun.
|
Neurological
|
Rasa raba juga berkurang, arm-swing, langkah menyempit dan pada
pria agak melebar. Selain itu, terdapat potensi perubahan pada status mental.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
- Penilaian status gizi adalah
interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode
untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang berisiko atau dengan
status gizi buruk (FKM UI, 2008)
- Indeks
Massa Tubuh (IMT) adalah pengukuran yang membandingkan berat dan tinngi
badan seseorang, dengan tujuan memperkirakan berat badan ideal untuk
tinggi badan tertentu.
- Berat
badan anak merupakan indikator yang baik bagi penentuan status gizinya,
khususnya untuk mereka yang berumur di bawah lima tahun.
- Penilaian
lingkar lengan atas ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot. Penilaian
ini juga dapat dipakai untuk menilai status gizi pada anak.
- Pola
head to toe, yaitu pemeriksaan dari kepala hingga ujung jari. pada setiap system tubuh yang memberikan
informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat
penilaian klinis.
B.
Saran
Kecukupan zat gizi haruslah kita
perhatikan agar tidak menyebabkan
kekurangan zat gizi. Penilaian keadaan gizi juga perlu kita lakukan untuk
mengetahui bagaimana keadaan tubuh kita, apakah asupan makanan yang kita
konsumsi sudah sesuai dengan zat gizi yang kita perlukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi.4. Jakarta : EGC
Brunner
& Suddarth. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Volume 1. Jakarta:
EGC..
Hidayat, A. Aziz Alimul 2008. Asidosis Neonatus, Bayi, & Balita: Buku Praktikum Mahasiswa
Kebidanan.Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Suhardjo. Pemberian
Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta
Proverawati, Atikah dan Wati, Erna
Kusuma.2010.Ilmu Gizi Untuk Keperawatan
& Gizi Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika
Yuniastuti, Ari.2008.Gizi dan Kesehatan.Yogyakarta:Graha
Ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar