Laman

Welcome to My Blog | RistaLikestar.blogspot.com | it's fun blog | Sharing | thank's for your visit |

Kamis, 25 September 2014

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM IMUN HEMATOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). (Raylene M Rospond,2009; Terj D. Lyrawati,2009).
Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan klien.Untuk pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997; Kozier et al., 1995).
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien.Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara.Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien.Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.










B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan pengkajian fisik?
2.      Bagaimana pengkajian umum sistem hematologi?
3.      Bagaimana pengkajian fisik?
4.      Bagaimana pendekatan pengkajian fisik?
5.      Bagaimana pengkajian sistem  kekebalan  tubuh
6.      Apa saja pemeriksaan  penunjang untuk sistem imun hematologi?


C.    Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengkajian fisik.
2.      Untuk mengetahui bagaimana pengkajian umum sistem hematologi.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengkajian fisik.
4.      Untuk mengetahui bagaimana pendekatan pengkajian fisik.
5.      Untuk mengetahui bagaimana pengkajian sistem  kekebalan  tubuh
6.      Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan  penunjang untuk sistem imun hematologi.

D.    Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang pengkajian fisik pada sistem imun hematologi  dan menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana pengkajian pada sistem imun hematologi.

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Definisi
1.      Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon  terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).
2.      Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010)

B.     Pengkajian Umum Sistem Hematologi

Pengkajian fisik adalah keterampilan paling esensial yang memerlukan banyak latihan dalam melakukannya. Tujuan melakukan pengkajian fisik adalah  untuk mengembangkan pemahaman tentang masalah medis pasien dan membuat diagnosis banding. Pengkajian pada klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi. Hal ini perlu dilakukan agar kemungkinan adanya kesulitan dikarenakan gambaran klinis atau tanda serta gejala yang hampir sama antara gangguan hematologi primer dan sekunder dapat diminimalkan.
Informasi dilakukan baik dari klien maupun keluarga tentang riwayat penyakit dan kesehatan dapat dilakukan dengan anamnesis ataupun pemeriksaan fisik. Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus lainnya. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data keperawatan pada tahap pengkajian adalah wawancara (interview), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik(pshysical assessment). dan studi dokumentasi.

1.      Wawancara
Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi terapeutik.

Macam wawancara
a.       Auto anamnesa yaitu wawancara dengan klien langsung
b.      Allo anamnesa yaitu wawancara dengan keluarga / orang terdekat.

Teknik Pengumpulan Data Yang Kurang Efektif :
a.       Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat / keluhan / respon. misalnya : “Apakah Anda makan tiga kali sehari ?“
b.      Pertanyaan terarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan. Misalnya : “……………. Anda setuju bukan?”
c.       Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
d.      Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa klien benar atau salah. Misalnya : “Anda tidak bermaksud seperti itu kan?”

2.      Observasi
Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan, dan pada praktiknya kita lebih sering menyebutnya dengan observasi. Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra. Contoh kegiatan observasi misalnya : terlihat adanya kelainan fisik, adanya perdarahan, ada bagian tubuh yang terbakar, bau alkohol, urin, feses, tekanan darah, heart rate, batuk, menangis, ekspresi nyeri, dan lain-lain.

3.      Pemeriksaan Fisik
Tahap ketiga dalam pengumpulan data adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan.
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
a.      Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.

b.      Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
1)      Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
2)      Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
3)      Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
4)      Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir. Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.

c.       Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
1)      Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
2)      Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
3)      Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.
4)      Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.dan timpani pada usus

d.      Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
1)       Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
2)       Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
3)       Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
4)       Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
C.    Pengkajian Fisik

1.      Pasien anak-anak/pediatrik                                 
Pemeriksaan fisik seorang anak dilakukan secara terstruktur dan sistematik, tetapi pendekatan cephalocaudal yang biasanya lebih disukai untuk orang dewasa mungkin tidak selalu dapat dilakukan dengan sempurna pada anak-anak. Untuk anak-anak yang lebih dewasa dan remaja, urutan pemeriksaan  seperti pada pasien dewasa mungkin dapat dilakukan, tetapi makin muda pasiennya maka makin besar kemungkinannya untuk menggunakan pendekatan “oportunisik” untuk dapat memperoleh data pengkajian vital.
2.      Pasien usia lanjut/geriatrik
Pengkajian pasien geriatric cukup kompleks dan memakan waktu, tergantung pada tingkat keragaman, tingkat kronis dan kompleksitas masalah fisik yang mendasari. Pemeriksaan fisik umum sama seperti pada pasien dewasa; namun, perubahan posisi diusahakan sesedikit mungkin. Ruangan harus dijaga sedikit lebih hangat, atau diperlukan selimut tambahan. Kadang-kadang, ketidakmampuan pasien untuk mencapai atau mempertahankan posisi optimal membuat pemeriksa harus menyesuaikan posisinya gar dapat melakukan pengkajian secara adekuat.

D.    Pendekatan Pengkajian Fisik 

Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :
1. Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
2. ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.
3. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.

4. Doengoes (1993)
Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan / pembelajaran.

E.     Pengkajian Sistem  Kekebalan  Tubuh
  1. Identitas  Pasien meliputi nama, umur, seks, suku/bangsa, pendidikan, status perkawinan, alamat
  2. Riwayat  kesehatan meliputi:
a.       Keluhan  utama
1)      Kelelahan
2)      Demam
3)      Diaforesis, keringat  malam
4)      Kemerahan
5)      Kelemahan muscular
6)      Nyeri / pembengkakan sendi
7)      Penurunan berat badan
8)      Proses pemulihan  buruk



b.      Riwayat  kesehatan  sekarang
Apakah pasien masih merasakan kelelahan, demam, diaforesis, kemerahan, kelemahan muscular, nyeri / pembenngkakan sendi, penurunan berat badan,. Apakah masih terdapat massa yang tidak biasa, limfadenopati, proses pemulihan buruk, hepatomegali, perubahan tanda-tanda vital.
c.       Riwayat  penyakit  sekarang/menyertai
1)      Infeksi berulang        :  sering, khususnya virus
2)      Infeksi opurtunistik  :  jamur protozoa, atau virus.
d.      Riwayat penyakit dahulu
1)      Alergi
2)      Autoimun
3)      Proses infeksi
4)      Penyakit transmisi seksual
5)      Hepatitis
6)      Pemajanan terhadap agen kimia
7)      Iradiasi
e.       Riwayat  keluarga
1)      Kanker
2)      Gangguan  imun
3)      Alergi
f.       Riwayat  sosial
1)      Merokok
2)      Penggunaan alkohol
3)      Peningkatan stres
4)      Pilihan seksual
5)      Pasangan seks multipel
6)      Penggunaan obat iv, pemakaian jarum bersama-sama
g.      Riwayat  pengobatan
1)      Imunisasi
2)      Menerima darah atau produk darah sebelum 1985
3)      Hidralazin
4)      Prokainmid
5)      Isoniazid
6)      Penggunaan obat-obatan iv secara gelap
  1. Riwayat  kesehatan
a.       Keadaan  umum meliputi tanda-tanda vital ( nadi, respirasi, tekanan darah,suhu), tinggi badan dan berat badan.  
b.      Sistem  integumen
1)      Sensitivitas matahari
2)      Berkilau, kulit tegang diatas sendi yang rusak
3)      Modul subkutaneus diatas tonjolan tulang
4)      Kemerahan
5)      Eritema : “kupu-kupu” pada pipi dan hidung : nodusum
6)       bercak putih, abu-abu/putih pada mukusa
7)      Lesi merah sampai ungu / coklat
8)       vesikel herpetic
9)      Olserasi oral, nasal
10)  Kista tulang ; tangan ; kaki
11)  Perlambatan pemulihan luka
12)  Alopesia parsial
c.       Sistem  syaraf  pusat
1)      Umum  meliputi sakit kepala, parestesia, paralisis, neuritis, perubahan kesadaran.
2)      Kognitif   meliputi kerusakan memori, kerusakan konsentrasi, penurunan proses berpikir, dan kacau mental.
3)      Motorik meliputi gaya berjalan, kelemahan tungkai bawah, penurunan koordinasi tangan, tremor dan kejang.
4)      Perilaku   meliputi kurang menjiwai, menarik diri, emosional labil, perubahan kepribadian, ansietas, mengin
d.      Sistem  penglihatan meliputi fotokobia, berkurangnya lapang pandang penglihatan, diplopia, kebutaan, pandangan kabur, katarak, badan cytoid retinal, kinjungtivitas & ureitis, proptosis, papiledema
e.       Sistem  pernafasan meliputi sesak nafas, dipsnea, ispa  sering, batuk, takipnea, sianosis, pendarahan,  hipertensi pulmoner, fibrosis
f.       Kardiovaskuler meliputi palpitasi, lakikardia, nyeri dada dari sendang sampai berat, hipertensi, murmur, kardiomegali, dan fenimena reynoud’s
g.      Sistem  gastrointestinal meliputi anorexia, mual, disfagia, nyeri abdomen, kram, kembung, gatal pada rectum, nyeri, penurunan berat badan, tidak disengaja, muntah, diare, fisura tektum, pendarahan, hepatosplenomegali
h.      Sistem  gonotourinarius meliputi hemakuria, serpihan selular, azotemia, nyeri panggul, nyeri pada waktu berkemih,  reynoud’s
i.        Sistem  muskuloskeletal meliputi nyeri dan kekacauan sendi, kelemahan muscular, parestesia pada tangan dan kaki, artralgia, peradangan/pembengkakan sendi, kerusakan fungsi sendi, nodul-nodul subkutan pada tonjolan hati dan edema jaringan lunak
j.        Sistem  hematologi meliputi petekie, purpura, mudah memar, epistaksis dan pendarahan gusi
k.      Sistem   limfatik meliputi limpadenopati dan splenomegali

F.     Pemeriksaan  Penunjang
  1. Elisa  
Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall. Enzim-Linked immune sorbent assay (ELISA) atau dalam Bahasa Indonesianya disebut sebagai uji penentuan kadar immunosorben taut-enzim, merupakan teknik pengujian serologi yang didasarkan pada prinsip interaksi antara antibody dan antigen. Pada awalnya, teknik ELISA hanya digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi keberadaan antigen maupun antibody dalam suatu sampel seperti dalam pendeteksian antibody IgM, IgG, dan IgA pada saat terjadi infeksi (pada tubuh manusia khususnya, misalya pada saat terkena virus HIV). Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,teknik ELISA juga diaplikasikan dalam bidang patologi tumbuhan, kedokteran, dll.                                

  1. Test  alergi 
Alergi merupakan suatu kelainan sebagai reaksi imun tubuh yang tidak di harapkan. Istilah alergi dikemukan pertama kali oleh Von Pirquet pada tahun 1906 yang pada dasarnya mencakup baik respon imun berlebihan yang menguntungkan seperti yang terjadi pada vaksinasi, maupun mekanisme yang merugikan dan menimbulkan penyakit. Tes alergi adalah suatu cara untuk menentukan penyebab alergi. Beberapa jenis tes alergi seperti tes tusuk kulit (Skin Prick Test), tes tempel (Patch Test), tes RAST (Radio Allergo Sorbent Test), tes kulit intrakutan, tes provokasi dan eliminasi makanan dan tes provokasi obat

  1. Test  bone marraw   
Sumsum tulang adalah jaringan lunak dan berlemak yang terdapat dalam rongga hampir semua tulang. Jaringan ini memainkan peran utama dalam pembentukan sel darah. Dalam biopsi sumsum tulang, jaringan lunak dari bagian dalam tulang diekstrak untuk tujuan diagnostik. Biopsi sumsum tulang lazim digunakan untuk mengidentifikasi kelainan darah seperti anemia, infeksi darah, leukemia, dan kanker sumsum tulang.
   
  1. Limfanglografi          

Limfanglografi adalah pemeriksaan X-ray dengan menggunakan kontras untuk melihat kelenjar limfe dan pembuluh limfe yang merupakan bagian dari sistem limfatik dengan tujuan untuk menegakkan diagnostik, mengevaluasi penyebaran kanker dan efektifitas terapi kanker. Indikasi dilakukan Limfanglografi yaitu untuk mengetahui keefektifan dari terapi kanker, mengevaluasi penyebab pembegkakan pada lengan atau kaki, mencari penyakit yang disebabkan oleh parasit dan membedakan antara limfoma Hodgkin atau non Hodgkin.





BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Pengkajian fisik adalah keterampilan paling esensial yang memerlukan banyak latihan dalam melakukannya. Tujuan melakukan pengkajian fisik adalah  untuk mengembangkan pemahaman tentang masalah medis pasien dan membuat diagnosis banding. Pengkajian pada klien dengan gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami dengan baik fisiologis dari setiap organ system hematologi. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data keperawatan pada tahap pengkajian adalah wawancara (interview), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik (pshysical assessment). dan studi dokumentasi.
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.  Pada pemeriksaan fisik seorang anak dilakukan secara terstruktur dan sistematik, sedangkan pengkajian pasien geriatric cukup kompleks dan memakan waktu, tergantung pada tingkat keragaman, tingkat kronis dan kompleksitas masalah fisik yang mendasari. Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan Head to toe (kepala ke kaki), ROS (Review of System / sistem tubuh), pola fungsi kesehatan Gordon, 1982, dan Doengoes (1993)

B.     Saran

Kita sebagai seorang perawat harus mempelajari pengkajian fisik dengan benar, karena dengan pengakajian fisik yang benar dan tepat akan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pengkajian fisik yang kita lakukan akan mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon  terhadap terapi. 


DAFTAR PUSTAKA

Mary Meyers-Marquardt.1997.Pengkajian Keperawatan Kritis.Jakarta:EGC
Hudak dan Galo. 1996. Keperawatan Kritis: Volume II. Jakarta: EGC.

Jonathan Gleadle.2005.At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Erlangga.
Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik FKUI. 1973. Patologi. Jakarta: FKUI.

Wiwik handayani&Andi sulistyo haribowo, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
http://www.amazine.co/26484/apa-itu-biopsi-sumsum-tulang-prosedur-resiko-biayanya/


2 komentar: