BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi
kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia.
Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia
(lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya
sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula
muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah
menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit
serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk,
2007, Hal 76-78)
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan
dimana alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung
jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan
penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi
infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit.
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala
Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna
kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan
kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang
dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu,
penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen.
Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan
keperawatan Pneumonia pada Lansia”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya yaitu:
1.
Apakah yang dimaksud dengan pneumonia?
2.
Bagaimana epidemologi pneumonia?
3.
Apakah etiologi dari pneumonia?
4.
Apa sajakah faktor predisposisi dari
pneumonia?
5.
Bagaimana patofisiologi dari pneumonia?
6.
Apa sajakah klasifikasi dari pneumonia?
7.
Bagaimana manifestasi klinis dari
pneumonia?
8.
Apa saja pemeriksaan diagnostik
pneumonia?
9.
Bagaimana prognosis dari pneumonia?
10.
Bagaimana penatalaksanaan pneumonia?
11.
Apa saja komplikasi dari pneumonia?
12.
Bagaimana konsep dasar asuhan
keperawatan pada klien dengan pneumonia?
C. Tujuan
1.
Tujuan umum
Menjelaskan tentang pneumonia dan asuhan keperawatan pada klien dengan
kasus pneumonia.
2.
Tujuan khusus
a.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan pneumonia.
b.
Untuk mengetahui bagaimana epidemologi
pneumonia.
c.
Untuk mengetahui apakah etiologi dari
pneumonia.
d.
Untuk mengetahui apa saja faktor
predisposisi dari pneumonia.
e.
Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi
dari pneumonia.
f.
Untuk mengetahui apa saja klasifikasi
dari pneumonia.
g.
Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis
dari pneumonia.
h.
Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan
diagnostik pneumonia.
i.
Untuk mengetahui bagaimana prognosis
dari pneumonia.
j.
Untuk mengetahui bagaimana
penatalaksanaan pneumonia.
k.
Untuk mengetahui apa saja komplikasi
dari pneumonia.
l.
Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar
asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga
makalah ini bisa membantu mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang penyakit
pneumonia dan menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana
pemberian asuhan keperawatan pada pasien pneumonia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit
- Pengertian
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana
terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi,
begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak
berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya
jaringan paru-paru yang sakit.
Menurut Hudak (1998) dalam Asih & Effendy (2004),
Pneumonia adalah suatu proses inflamasi dimana kompartemen alveolar terisi oleh
eksudat. Pneumonia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi pada klien
lanjut usia.
Menurut Corwin (2001), Pneumonia adalah infeksi
saluran nafas bagian bawah, penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh
mikroorganisme. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul
secara primer atau sekunder setelah infeksi virus.
- Epidemologi
Epidemologi pneumonia dapat terjadi
di semua negara tetapi data untuk perbandingan sangat sedikit, terutama di
negara berkembang. Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian keempat
pada usia lanjut, dengan angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya
angka kematian padan pneumonia sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang
menyebutkan pneumonia sebagai “teman pada usia lanjut”. Usia lanjut merupakan
risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan
berdasarkan tempat mereka berada. Pada orang-orang yang tinggal di rumah
sendiri insidens pneumonia berkisar antara 25–44 per 1000 orang dan yang
tiaggal di tempat perawatan 68–114 per 1000 orang.
Di rumah sakit pneumonia usia
lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada penderita usia muda.
Sekitar 38 orang pneumonia usia lanjut yang didapat di masyarakat, 43%
diantaranya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan
virus influenza B; tidak ditemukan bakteri gram negatif. Lima puluh tujuh
persen lainnya tidak dapat diidentifikasi karena kesulitan pengumpulan spesimen
dan sebelumnya telah diberikan antibiotik. Pada penderita kritis dengan penggunaan
ventilator mekanik dapat terjadi pneumonia nosokomial sebanyak 10% sampai 70%.
Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun
2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki
peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita
mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian
pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri
pneumokokus.
Pneumonia (radang paru), salah satu
penyakit akibat bakteri pneumokokus yang menyebabkan lebih dari 2 juta anak
balita meninggal. Pneumonia menjadi penyebab 1 dari 5 kematian pada anak
balita. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang sering menyerang bayi
dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Sejauh ini, pneumonia merupakan penyebab
utama kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).
- Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
a.
Bakteri penyebab pneumonia yang paling
umum adalah staphylococcus aureus, streptococus, aeruginosa, legionella,
hemophillus, influenza, eneterobacter.Bakteri-bakteri tersebut berada pada
kerongkongan manusia sehat, setelah system pertahanan
b.
Menurun
oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak
diri dan menyebabkan kerusakan.
c.
Virus penyebab pneumonia diantaranya
yaitu virus influenza, adenovirus,chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus
ini menyerang saluran pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu
pneumonia, terutama pada anak-anak.
d.
Organisme mirip bakteri yaituMicoplasma
pneumonia. Pneumonia jenis ini berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena
itu pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering
disebut pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis
usia.
e.
Jamur penyebab pneumonia yaitu candida
albicans
- Faktor Predisposi
1) Faktor
yang berhubungan dengan daya tahan tubuh misalnya penyakit kronik (Misalnya
penyakit jantung,PPOK,diabetes, alkoholisme, azotemia), perawatan di rumah
sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur, perokok, malnutrisi, umur lanjut,
syok hemoragik.
2) Faktor
Eksogen
a) Pembedahan.
besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis pembedahan,
yaitu torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17% dan operasi abdomen bawah
(5%)
b) Penggunaan
antibiotic, Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama
antibiotik yang aktif terhadap Streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob
di saluran pencernaan.
c) Peralatan
terapi pernapasan, Kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri
Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya sering terjadi. Pada
individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif di lambung karena asam
lambung dengan pH < 3 mampu dengan cepat membunuh bakteri yang tertelan.
Pemberian antasid / penyekat H2 yang mempertahankan pH > 4 menyebabkan
peningkatan kolonisasi bakteri gram negatif aerobik di lambung, sedangkan
larutan enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.
d) Lingkungan
rumah sakit
·
Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak
sesuai dengan prosedur
·
Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak
sesuai dengan prosedur
·
Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang
tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus,
kateter dll
·
Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang
tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu napas, selang makanan, selang infus,
kateter dll
·
Pasien
dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi
·
Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir
·
Dirawat di rumah sakit ≥ 5 hari
- Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama
kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun
didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak
mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran
napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius
dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis
yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian
atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi
saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu
orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang
pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV,
virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran
hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang
meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif
di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814
PATHWAY
Partikel
Infeksius
![]() |





![]() |






![]() |
|||||
|
![]() |
||||
![]() |
|||
![]() |
|||
- Klasifikasi
1) Berdasarkan
Klinis Dan Epidemiologis
a)
Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b)
Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired
pneumonia/nosocomial pneumonia).
c)
Pneumonia
aspirasi.
d)
Pneumonia
pada penderita immunocompromised. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
2) Berdasarkan bakteri penyebab:
a)
Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman.
Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang
telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental,
pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi
virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat
rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut,
dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak
paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau
pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di
paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai
penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu
didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya.
Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan
dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung
pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal
697).
b)
Pneumonia
Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah
virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab
penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya Gejala
awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam,
batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak,
batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai
membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia
karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu
tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan
berwarna hijau atau merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
3) Berdasarkan
Predileksi Infeksi
a)
Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus
(percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
b) Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia
yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan
maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi
atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan
nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap
udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu.
Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya,
misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya.
Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi
infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
- Manifestasi Klinis
1)
Manifestasi
non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5 ºC). , sakit kepala, iritabel, gelisah,
malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.
2)
Gejala umum
saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit), ekspektorasi
sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak
yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang
sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
3)
Tanda
pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas
bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah,
suara napas melemah, dan ronki.
4)
Tanda efusi
pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi,
perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat
di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri
bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk /
meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus
atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada
pneumonia lobus kanan bawah).
5)
Pada
neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada
bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
6)
Tanda
infeksi ekstrapulmonal ( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 466)
- Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1)
Pemeriksaan
Laboratorium
a)
GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak
normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada
b)
Pemeriksaan darah.
Pada
kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya
jumlah netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684). Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa
15.000-40.000/m dengan pergeseran LED meninggi.
c) LED meningkat.
Fungsi
paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain
menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat, aspirasi
biopsy jaringan paru
d)
Pemeriksaan
gram/kultur sputum dan darah
Dapat
diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik,
atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri dan virus.Pengambilan sekret
secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test
resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak
rutin dilakukan karena sukar.
e)
Tes
fungsi paru
Volume
mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin
meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan (hipokemia)
f)
Elektrolit
Natruim
dan klorida mungkin rendah.
g)
Aspirasi
perkutanbiopsi jaringan paru terbuka
Dapat
menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV),
karakteristik sel raksasa (rubeolla).
2)
Radio
diagnostic
a) Sinar X
Mengidentifikasikan
distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih
sering virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
b)
Rontegen dada
Ketidak
normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada
satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya
konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
- Prognosis
Dengan pengobatan,sebagian tipe dai pneumonia karena
bakteri dapat diobati dalam satu sampai dua minggu.Pneumonia karena virus
mungkin berakhir lama,pneumonia karena mycoplasma memerlukan empat sampai lima
minggu untuk memutuskan sama sekali. Hasil akhir dari episode pneumonia
tergantung dari bagaimana seseorang sakit,kapan dia di diagnosa pertama
kalinya. Salah satu cara untuk meramalkan hasil dipakai skor beratnay pneumonia
atau CURB-65 score,dimana memerlukan perhitungan dari beratnya
gejal-gejala,penyakit utama,dan umur. Skor ini dapat membantu dalam memutuskan
orang tersebut dirawat di rumahsakit atau tidak.
Di Amerika Serikat,1 dari 20 orang dengan pneumonia
pnemuccocal akan meninggal dunia.Dalam beberapa kasus dimana pneumonia dapat
berkembang menjadi racun di darah(bakteremia),1 dari 5 orang akan meninggal.
Angka kematian (mortalitas)tergantung juga penyebab utama dari
pneumonia.Misalnya pneumonia karena mycoplasma dihubungkan dengan sedikit
kematian.Bagaimanapun sebagian orang timbul methilcillin-resistant
Staphyloccocus aureus (MRSA) pneumonia. Melalui ventilator akan meninggal.
Pada daerah-daerah didunia tanpa kemajuan sistem
perawatan kesehatan,pneumonia merupakan ancaman kematian.Akses yang terbatas
untuk klinik dan rumah sakit,akses terbatas untuk sinar x,terbatasnya
antibiotik pilihan dan ketidak mampuan untuk perawatan kondisi utama yang tidak
dapat dihindari menunjukan tingginya angka kematian dari pneumonia.
- Penatalaksanaan
1)
Pemberian
antibiotik per-oral/melalui infus.
2)
Pemberian oksigen tambahan
3)
Pemberian
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
4)
Antibiotik
sesuai dengan program
5)
Pemeriksaan
sensitivitas untuk pemberian antibiotik
6) Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah
larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.
7) Obat-obatan :
a. Antibiotika berdasarkan etiologi.
b. Kortikosteroid bila banyak lender.
8)
Kemotherapi
untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau
Tetrassiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat
penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA
(Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti
polinosimle, poliudikocid pengobatan simptomatik seperti :
a)
Istirahat,
umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
b)
Simptomatik
terhadap batuk.
c)
Batuk
yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
d)
Bila
terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
e)
Pemberian
oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang
paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai
spektrum sempit.
- Komplikasi
Bila tidak ditangani secara
tepat, akan mengakibatkan komplikasi. Komplikasi dari pneumonia /
bronchopneumonia adalah :
1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak
diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius,
sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa
udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Abses otak.
4. Endokarditis.
5. Osteomielitis.
Ø Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak
sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks
batuk hilang.
Ø Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah
dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
Ø Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru
yang meradang.
Ø Infeksi sitemik.
Ø Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup
endokardial.
Ø Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
B.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a.
Identitas.
1)
Identitas
pasien meliputi nama, umur, agama, jenis
kelamin, status, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, nomor
register dan dx.medis.
2) Identitas penanggung jawab meliputi nama,
umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan dan alamat.
b. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat
ketegangan/kelelahan, warna kulit, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS, pola
nafas, posisi klien dan respon verbal klien.
c. Keluhan utama :Sesak napas
d. Riwayat penyakit sekarang : Didahului oleh infeksi saluran pernapasan
atas selama beberapa hari, kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala
/ dada ( anak besar ) kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat timbul
kejang, distensiaddomen dan
kaku kuduk. Timbul batuk, sesak, nafsu makan menurun.
e.
Riwayat Kesehatan
1)
Adanya riwayat infeksi saluran
pernafasan sebelumnya : batuk, pilek, demam.
2)
Anorexia, sukar menelan, mual dan
muntah.
3)
Riwayat penyakit yang berhubungan dengan
imunitas seperti malnutrisi
4)
Anggota keluarga lain yang mengalami
sakit saluran pernapasan
5)
Batuk produktif, pernafasan cuping
hidung, pernapasan cepat dan dangkal,
gelisah, sianosis
gelisah, sianosis
f. Tanda-tanda Vital
Meliputi
pemeriksaan:
1) Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam
posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis.
2) Pulse rate meningkat/menurun tergantung
dari mekanisme kompensasi, sistem konduksi jantung & pengaruh sistem saraf
otonom.
3) Respiratory rate
4) Suhu
g. Pemeriksaan Fisik
1)
Inspeksi
: wajah terlihat pucat, lemas, banyak
keringat, sesak, Adanya PCH, Adanya tachipne, dyspnea, Sianosis sirkumoral,
Distensi abdomen, Batuk : Non produktif – produktif.
Nyeri dada
2) Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor
kulit menurun, Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, Hati mungkin membesar
3) Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii
pada lapang paru, takikardia.
4) Perkusi : pekak bagian dada dan suara
redup pada paru yang sakit.
Menurut M. Doengoes (2000)
pengkajian yang bisa dilakukan pada pasien dengan pneumonia adalah :
a.
Aktivitas
istirahat :
Gejala : kelemahan,
kelelahan, Insomnia.
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat
adanya GJK kronis.
Tanda : takikardia,
penampilan kemerahan / pucat.
c. Integritas ego
Gejala : banyaknya
stressor/ masalah finansial
d. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan
nafsu makan, mual muntah, riwayat diabetes mellitus.
Tanda : distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor buruk.,
Penampilan kalkeksia (malnutrisi).
e. Neurosensori
Gejala : sakit
kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan
mental (bingung)
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit
kepala,
nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri dada
subternal (influenza), mialgia, artralgia
Tanda :
melindungi area yang sakit (pasien umunya tidur pada posisi yang sakit
untuk membatasi gerakan)
g. Pernafasan
Gejala : riwayat
adanya ISK kronik, PPOM, merokok sigaret, takipnea, dipsnea progesif, pernafasan dangkal, penggunaan
obat aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : sputum :
merah muda, berkarat, atau purulen.
Perkusi
: pekak di atas area yang konsolidasi.
Fremitus
: taktil dan vocal bertahap dengan konsolidasi.
Gesekan
friksi pleural.
Bunyi
nafas : menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat, atau nafas
bronchial.
Warna
: pucat atau sianosis bibir/kuku.
h. Keamanan
Gejala :
riwayat gangguan system imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid
ataukemoterapi, institusionalisasi, ketidak mampuan umum,
demam (misalnya 38,5-39,6 0C)
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau
varisela.
2. Diagnosa
Keperawatan
a.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan secret ditandai dengan
batuk tidak
produktif.
b.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan
c.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
pada paru
3. Perencanaan
Keperawatan
Hari/Tgl
|
No
Dx
|
Rencana
Perawatan
|
TTD
|
||
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
1
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam diharapkan masalah jalan nafas
kembali efektif dengan kriteria hasil:
-
Menunjukkan jalan nafas yang
paten (RR: 16-20x/menit dan tidak ada suara nafas abnormal (ronkhi atau
rales, wheezing))
-
Tidak ada pernafasan cuping
hidung
|
·
Kaji status pernafasan meliputi respiratory
rate, penggunaan otot bantu nafas, warna kulit.
\
·
Berikan cairan sesuai kebutuhan.
·
Ajarkan teknik batuk efektif.
·
Kolaborasi dengan fisiotherapist untuk
melakukan fisiotherapi dada
|
·
Takipnea, pernafasan dangkal, dan
gerakan otot dada tidak simetris sering terjadi karena ketidak nyamanan
gerakan dinding dada/cairan paru.
·
Cairan (khususnyayang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan secret
·
Batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas alami untuk mempertahankan jalan nafas paten.
·
Memudahkan pengenceran dan
pembuangan secret. Koordinasi pengobatan/jadwal dan masukan oral menurunkan
muntah karena batuk, pengeluaran sputum.
|
|
|
|
2
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam diharapkan klien dapat melakukan
aktivitas dengan baik dengan kriteria hasil:
·
TTV dalam rentang normal (RR: 16-20x/menit,
TD: 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, Suhu: 36,5-37,50C)
·
Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri
|
·
Observasi
TTV pasien sebelum dan sesudah beraktifitas
·
Bantu pasien untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
·
Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana
pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
·
Kolaborasi
dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat
|
·
Untuk mengidentifikasi kemajuan yang dicapai
dan tindak lanjut pengobatan
·
Aktivitas yang tepat dapat membantu pasien
untuk menghindari kelelahan dan stress karena aktivitas yang berlebihan,
·
Tirah baring dipertahankan selama fase akut
untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energy untuk penyembuhan.
Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap
aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan.
·
Program yang tepat akan membantu dalam
mempercepat proses penyembuhan klien.
|
|
|
3
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam diharapkan pasien dapat tebebas
dari edema dengan baik dengan kriteria hasil:
·
TTV dalam rentang normal (RR: 16-20x/menit,
TD: 120/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, Suhu: 36,5-37,50C)
·
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas
turgor baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus berlebihan.
|
·
ObservasiTTV pasien
·
Batasi masukan peroral cairan IV sesuai
indikasi
·
Ajarkan dan beri edukasi kepada pasien dan
keluarga untuk tidak memberikan asupan cairan yang berlebih
·
Kolaborasi dengan dokter jika ada tanda-tanda
cairan berlebih muncul memburuk
|
·
Untuk mengidentifikasi kemajuan yang dicapai
dan tindak lanjut perawatan
·
Untuk membatasi masukanc cairan dan jarak pemberian cairan membantu mengurangi
haus pada pasien
·
Untuk
mengetahui seberapa asupan cairan yang diperlukan pasien dan tujuan dari
batasan pemberian cairan
·
Sebagai
tindakan pencegahan untuk komplikasi penyakit lebih lanjut
|
|
4. Implementasi
Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan
intervensi keperawatan. Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan
yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan kerja
aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat.
5.
Evaluasi
Keperawatan
No
|
Hari/Tgl
Jam
|
No Dx
|
Evaluasi
|
TTd
|
1
2
3
|
1
2
3
|
·
S: Diharapkan pasien mengatakan tidak susah lagi dalam bernafas
·
O : Diharapkan TTV klien dalam batas normal
(TD: 120/80 mmHg, RR: 20x/menit, S: 36,5-37,50C, Nadi: 80x/menit)
·
A : Masalah teratasi
·
P : Pertahankan kondisi klien
·
S:
Diharapkan pasien mengatakan dapat
melakukan aktivitas dengan baik
·
O: Diharapkan pasien sudah mulai bisa
beraktifitas tanpa menggunakan alat bantu atau bantuan orang lain
·
A : masalah teratasi sebagian.
·
P : Lanjutkan intervensi dan pertahankan
kondisi pasien.
·
S:
Diharapkan pasien mengatakan
kondisiya lebih baik
·
O: Diharapkan pasien tampak segar dan tidak
timbul gejala dehidrasi
·
A: Masalah teratasi sebagian
·
P : Lanjutkan intervensi dan pertahankan
kondisi pasien.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu
proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga
alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi
terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi, bergantung
pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. Pneumonia dapat disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, menurun oleh sakit, usia tua,
atau malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan
kerusakan, virus dan organisme mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Faktor
predisposisi dari pneumonia meliputi faktor yang berhubungan dengan daya tahan
tubuh dan faktor eksogen. Penatalaksanaan dari pneumonia antara lain pemberian antibiotik per-oral/melalui infus,
pemberian oksigen tambahan,
pemberian cairan intravena dan
alat bantu nafas mekanik dan antibiotik sesuai dengan program
B.
Saran
Kita sebagai seorang perawat
perlu mengetahui tentang penyakit pneumonia selain untuk menambah wawasan
pengetahuan kita sebagai seorang perawat, juga untuk berbagi kepada masyarakat
tentang informasi tentang penyakit pneumonia. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.